Jumat, Oktober 31, 2008

Kekuatan Rahman Bertambah

Kekuatan Rahman Bertambah

CIBINONG - Dukungan pada pasangan Rachmat Yasin-Karyawan Faturrachman (Rahman) bertambah. Dukungan itu berasal dari kalangan buruh dan partai. Bahkan kalangan buruh yang diwakili Serikat Pekerja Nasional (SPN) Kabupaten Bogor meneken kontrak politik dengan tim Rahman di gedung DPC PPP Kabupaten Bogor, Kamis (30/10).

“Ini sebenarnya sudah kita lakukan pada Pilbup pertama lalu, tapi baru terealisasi sekarang. Sekarang dengan tegas kami menyatakan dukungan kepada pasangan Rahman pada putaran kedua,” ujar Ketua SPN Kabupaten Bogor Iwan Kusmawan, kemarin.

Menurut dia, sikap politik antara DPC SPN Kabupaten Bogor dan anggota yang berjumlah 22 ribu dari 32 perusahaan di Kabupaten Bogor ini siap memenangkan pasangan Rahman menjadi bupati dan wakil bupati Bogor mendatang.

Sementara Calon Wakil Bupati Bogor Karyawan Faturrachman mengaku bangga dengan dukungan dari pihak SPN yang notebene garis perjuangannya sama dengan Rahman yakni memperjuangkan nasib wong cilik.

Apalagi baik pasangan Rahman sudah dekat dengan kalangan buruh di Kabupaten Bogor. Saat menjadi wakil rakyat Calon Bupati Bogor Rachmat Yasin dan Karyawan kerap menyuarakan perjuangan buruh.

Bahkan pada 1986 lalu, Karyawan sempat menjadi pengacara buruh di Kabupaten Bogor ini. ‘’Saya sangat bangga dengan dukungan SPN, karena jika kelak saya menjadil wakil bupati, perhatian kami akan lebih besar pada kaum buruh,’’ ujarnya.

Karyawan mengatakan akan terus memerangi golput. Sebab, saingan terberat Rahman adalah golput.

‘’Walaupun kami yakin dengan kekuatan ini, kami sangat angka golput pada Pilbup putaran kedua bisa diminimalisir,’’ jelas Ketua DPC PDIP Kabupaten Bogor ini. Tentunya ini membutuhkan kerja esktra parpol, KPU dan Pemkab Bogor serta masyarakat.

Sementar DPC Partai Patriot Kabupaten Bogor menyatakan sikapnya mendukung Rahman dalam pilbub putaran kedua. ‘’Semoga dukungan kami menjadi suatu tenaga tambahan bagi Rahman dalam merebut kemenangannya yang tertunda,’’ ujar Zulkifli Nasution.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=MjA5NzQ=&click=MTY=)

Kamis, Oktober 30, 2008

AMS Dukung Rahman

AMS Dukung Rahman

CIBINONG - Dukungan Angkatan Musa Siliwangi (AMS) Rayon Kabupaten Bogor pada pasangan Rachmat Yasin-Karyawan Fathurachman cukup mengejutkan. Soalnya, organisasi ini dekat dengan Partai Golkar yang mengusung pasangan Nungki-Endang Kosasih (Nu Sae).  

Dukungan ini setelah rapat pleno di Sekretariat AMS di gedung Pemuda Cibinong.

“Kita tak ingin golput dalam putaran kedua nanti. Sebagai warga negara yang baik, AMS menyalurkan hak suaranya dan mendukung pasangan Rahman,” kata Ketua Rayon AMS Kabupaten Bogor Irawan Salim, kemarin.  

Dukungan pada pasangan calon nomor 5 itu berdasarkan kesepakatan pleno antara pengurus AMS di Sekretariat AMS pada Selasa (28/10) serta dari serapan suara rayon-rayon di tiap kecamatan. Dukungan pada pasangan Rahman itu dengan beberapa catatan. Namun, ia enggan merinci catatannya apa saja. “Kita dari AMS membentuk tim untuk melengkapi catatan itu,” tambahnya.  

Dia menambahkan, hasil rapat pleno itu diserahkan kepada dewan penasihat (Wanhat) AMS, yakni Rusdi AS untuk mengkajinya. Selanjutnya dibawa ke rapat pleno untukdiperluas dan bila disepakati semuanya, sebelum akhirnya deklarasi. 

Sedangkan Wakil Ketua I AMS Distrik Kabupaten Bogor Bahrum Suraatmaja menegaskan, SK 01 dan 02 tentang AMS Kader Partai Golkar sudah terhapus dengan hasil kongres AMS keenma pada 2004. “Hasil konres itu AMS tak ada keterkaitan secara lembaga dengan partai manapun, termasuk Partai Golkar,” katanya. 
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=MjA5MjQ=&click=NTY=)

Selasa, Oktober 28, 2008

RY Gencar Bangun Kefiguran, Nungki Galang Dukungan

RY Gencar Bangun Kefiguran, Nungki Galang Dukungan

CIBINONG - Menjelang putaran kedua pemilihan bupati (Pilbup) Bogor yang digelar 30 November 2008, pertarungan Rachmat Yasin (RY) versus Fitri Putra Nugraha (Nungki) dijamin seru. Pasalnya, kedua pihak kini terus menggalang kekuatan untuk menarik simpati massa. 

RY gencar membangun kefiguran, sedangkan Nungki terus menggalang dukungan. Baik kubu RY maupun Nungki optimis memenangkan Pilbup putaran dua.

Pasangan Nungki sareng Endang Kosasih yang mengusung label Nu Sae misalnya optimis bisa meraih suara di wilayah Kabupaten Bogor bagian barat pada putaran dua. 

Optimisme ini mencuat setelah banyak kader-kader Golkar, mulai dari Cibungbulang hingga Parungpanjang, diperkirakan kembali mendukung Nu Sae.

“Pada putaran pertama banyak kader Golkar terpecah antara mendukung Djuher (mantan kader Golkar) dan Nungki. Tapi, pada putaran kedua kader Golkar yang dulu mendukung Djuher akan merapat ke Nu Sae karena calon bupati nomor urut satu sudah tak bertarung,” ujar loyalis Golkar asli Bogor Barat Ade Ruhandi. 

Menurut dia, Golkar sangat percaya Djuher merupakan salah satu tokoh panutan Bogor Barat. Apalagi Djuher memiliki kader binaan sendiri di luar kader Partai Demokrat, tempatnya kini bernaung. Sebagian besar kader binaan Djuher merupakan kader Golkar yang tetap memiliki loyalitas. “Makanya saya yakin pada putaran kedua kader Golkar pendukung Djuher akan beralih ke Nu Sae,” tambah anggota Komisi A DPRD Kabupaten Bogor ini.

Selain itu, tambah dia, sebagian besar Pengurus Kecamatan (PK) Partai Golkar Kabupaten Bogor juga meminta DPD tetap mempertahankan relawan yang sudah terkumpul. Para ketua PK Golkar juga mengharapkan mesin partai mulai dihidupkan lagi agar ada ancang-ancang mengumpulkan dukungan minimal satu bulan ke depan. 

“Saya sebagai kader Golkar sangat setuju bila DPD Golkar mulai memanaskan mesin dan mempertahankan kinerja relawan,” terang Ade yang menjabat sebagai wakil bendahara DPD Partai Golkar Kabupaten Bogor ini.

Bagaimana dengan kubu RY-Karyawan Faturachman? Pasangan yang berlabel Rahman juga tak mau kalah. RY terus membangun kefiguran. Alasannya, penentu kemenangan adalah kefiguran. “Sistem kampanye yang dilakukan partai sebenarnya tak jauh berbeda, tapi yang menentukan kemenangan adalah figur,” ujar Ketua Tim Sukses Rahman Teuku Hanibal Asmar kepada Radar Bogor.

Kendati demikian, tambah Hanibal, dalam membangun kefiguran ini kubu Hanibal tetap memiliki kekhawatiran sendiri, mengingat tingginya golongan putih (golput) di Kabupaten Bogor pada putaran pertama. “Tingginya golput berdampak pada kurangnya informasi yang mengalir ke masyarakat tentang figur. 

Satu-satunya cara bagaimana partai bisa meyakinkan masyarakat bahwa Pilkada masih berlangsung alias Kabupaten Bogor belum menentukan siapa bupati definitifnya,” terangnya.

Masuknya Partai Demokrat sebagai partai pendukung Rahman, kata Hanibal, memberi angin segar bagi RY. Paling tidak persentase dukungan terhadap Rahman makin bertambah. “Mudah-mudahan diikuti lagi oleh partai-partai lain,” katanya.


PKS Konsentrasi Pemilu Legislatif

Sementara PKS Kabupaten Bogor hingga tadi malam belum menentukan sikap. Apakah akan merapat ke RY atau Nungki? Ketua DPD PKS Kabupaten Bogor Ade Dodo berdalih belum adanya sikap karena PKS sedang konsentrasi meracik strategi Pemilu Legislatif.

“Kami hanya menunggu. Jika ada yang bersedia berkomunikasi, kami sangat senang. Tidak etis jika kami yang justru aktif mendekati mereka,” katanya. Hingga kemarin, Ade Dodo mengatakan, antara Tim Sukses Nu Sae dan Rahman masih muncul dan menghilang dalam berkomunikasi. “Kadang mereka menghubungi, tapi kadang menghilang tidak ada kabar,” tambahnya.

Lalu kapan kira-kira PKS menentukan pilihan? “Waktunya belum bisa kami tentukan. Yang pasti kami akan memilih salah satu. Kita tidak mau mengajarkan golput kepada masyarakat pada putaran kedua nanti,” ujar Dodo sembari memberi isyarat kemungkinan pertengahan November bakal mendeklarasikan dukungan mereka ke salah satu kontestan.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=MjA3Njg=&click=MTc2)

Minggu, Oktober 26, 2008

Menang Telak di Semua Kecamatan, Diani Walikota Lagi

Menang Telak di Semua Kecamatan
Diani Walikota Lagi

BOGOR - Langkah Diani Budiarto kembali memimpin Kota Bogor sepertinya tak bisa terbendung lagi. Pria yang berpasangan dengan Achmad Ru'yat itu menang telak di semua kecamatan pada Pilwalkot Bogor yang berlangsung kemarin.

Baik real count maupun quick count yang dilakukan Radar Bogor maupun masing-masing tim sukses pasangan calon tetap memperlihatkan keunggulan Diani-Ru'yat. Pun demikian perhitungan versi KPU Kota Bogor, Diani-Ru'yat unggul di atas 60 persen atas empat pasangan lainnya, yaitu Syafei Bratasendjaya-Akik Darul Tahkik (SADAR), Ki Gendeng Pamungkas-Chusairi (KGP-Cs), Iis Supriatini-Ahani (INI) dan Dody Rosadi-Erik Irawan Suganda (DO'A).

Berdasarkan real count versi Radar Bogor hingga pukul 23:30 WIB tadi malam, Diani-Ru'yat unggul telak dengan meraih 245.859 suara (63,75 persen). Menyusul Dody-Erik pada urutan kedua dengan 59.603 suara (15,46 persen). Pun demikian dengan perhitungan versi KPU Kota Bogor, Diani-Ru'yat meraih 56.320 suara (57 persen), menyusul Dody Erik yang meraup 16.461 suara (17 persen).

Ya, kemenangan sementara yang diraih Diani-Ru’yat langsung dirayakan pendukungnya. Tadi malam, DPD Partai Golkar yang merupakan salah satu partai pengusung Diani-Ru’yat mengadakan syukuran atas kemenangan ini di rumah Bena Jalan Ahmad Yani.

Syukuran yang dirangkaikan dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Golkar ke-44 itu dihadiri Diani- Ru’yat, Ketua DPD Partai Golkar Chepy Harun dan sejumlah fungsionaris Partai Golkar lainnya.

Perayaan HUT Golkar yang diberi nama Yellow Night berlangsung meriah. Suasana gembira menyelimuti para fungsionaris Golkar yang sukses memenangkan Diani-Ru’yat. Begitupun Diani-Ru’yat, keduanya tak henti-hentinya melempar senyum kepada pendukungnya. Dalam kesempatan tersebut, Diani didaulat menyumbangkan dua buah lagu.

Ketua DPD Partai Golkar Chepy Harun kepada Radar Bogor mengungkapkan, acara tersebut sudah disetting jauh-jauh hari sebelumnya. “Kita sengaja memilih Sabtu (25/10) untuk merayakan HUT Golkar karena kita sudah yakin kalau Diani-Ru’yat yang didukung Partai Golkar akan memenangkan Pilwalkot. Makanya, acara HUT Golkar dirangkaiakan dengan syukuran kemenangan,” ujarnya.

Kepada Radar Bogor Diani mengingatkan, meskipun hasil sementara penghitungan suara menempatkan dirinya pada urutan pertama, namun dia tetap menghargai dan menunggu hasil resmi pengumuman KPU Kota Bogor. “Keputusan final ada di KPU Kota, jadi kita tunggu hasilnya” ujarnya merendah.

Ditanya soal syukuran bersama yang dilaksanakan oleh DPD Golkar, Diani mengatakan acara tersebut merupakan HUT Golkar dan bukan syukuran kemenangan. “Kehadiran saya di sini sebagai walikota Bogor dan mengenai syukuran kemenangan akan dikondisikan setelah pengumumuan pemenang oleh KPU. Sebab, bukan hanya Golkar yang mendukung saya, tetapi juga PKS dan PDIP,” tuturnya.

Secara umum, Pilwalkot berlangsung aman dan tertib. Masyarakat menyalurkan suaranya di TPS yang dekat dengan tempat tinggalnya. Khusus pemilih yang terbaring di rumah sakit, panitia pemilihan langsung mendatangi mereka di tempat tidur. Meski begitu, kerahasiaan mereka tetap terjamin.

Panitia Pemungutan Suara (PPS) juga berlomba-lomba menampilkan TPS semenarik dan seunik mungkin. Itu mereka lakukan untuk menarik lebih banyak pemilih untuk mencoblos di bilik suara. Ada yang berseragam heboh, menampilkan adat Sunda, hingga berpakaian menor.


DO'A Kaget

Perolehan suara Diani-Ru'yat yang mencolok membuat kubu Dody-Erik terkejut. Mereka tak menyangka bakal kalah telak dari segi perolehan suara. Bahkan, basis atau kantong-kantong suara yang diklaim Dody-Erik bakal menang, ternyata kalah.

DO'A selama ini mengklaim memiliki basis massa di empat kecamatan, yaitu Bogor Utara, Bogor Tengah, Bogor Timur dan Bogor Selatan. Namun, klaim tersebut tak terbukti karena basis massa DO’A pada empat kecamatan ini Diani-Ru'yat yang menang. “Ini sungguh di luar dugaan kami. Tapi ini masih perhitungan sementara dan belum bisa menjadi patokan kemenangan,” ujar Dody.


Berusaha Legawa

Sementara itu, KGP terlihat santai menyikapi hasil perolehan suara pasangan Diani-Ru'yat yang sulit terkejar. “Gimana, siapa yang unggul sementara,” ujar KGP menyapa saat Radar Bogor yang berkunjung ke kediamannya, kemarin sore.

KGP sendiri agaknya tidak terlalu mempermaslahkan hasilnya. Tapi, pria yang maju dari calon perseorangan ini sempat terkejut saat mengetahui TPS-TPS yang dijagokannya tumbang.

“Berapa suara yang kita kumpulkan, coba dihitung lagi,” kata KGP kepada seorang tim sukses yang datang melapor. KGP agaknya sedikit terganggu setelah mendapat laporan bahwa basis suaranya kalah telak.

Reaksi tenang juga tampak dari Syafei-Akik. Meski suaranya tertinggal jauh dari Diani-Ru'yat, namun sejumlah kerabat dekatnya berdatangan memberikan semangat. Kediaman itu sempat ramai tapi Syafei tetap terlihat tenang dan raut mukanya tidak menampakan kekecewaan.


Unggul Telak di 68 Kelurahan

Sementara itu, pasangan Diani-Ru'yat semakin tak terkejar oleh empat saingannya pada Pilwalkot Bogor. Pasangan yang diusung tiga partai besar, yakni PKS, Partai Golkar dan PDIP ini unggul hampir di seluruh kelurahan di enam kecamatan se-Kota Bogor. Perolehan suara pun melebihi target dari pasangan yang memiliki jargon Tulus Mengabdi.

Berdasarkan rekapitulasi perolehan suara sementara Petugas Pemungutan Suara (PPS) di 68 kelurahan, pasangan nomor urut 5 itu memperoleh 63,57% suara, pasangan Dody-Erik 15,46% suara, Syafei-Akik 8,64% suara, Ki Gendeng Pamungkas-Chusairi 6,73% suara dan terakhir pasangan Iis-Ahani 5,42% suara.

Meski KPU belum menetapkan hasil perolehan suara Pilwalkot, kemenangan sementara pasangan mendapat sambutan suka cita para pendukung, simpatisan dan relawannya.

Bahkan, mereka langsung menggelar konfrensi pers dengan mengundang wartawan media cetak maupun elektronik untuk mengumumkan kemenangan sementara Diani-Ru'yat, yang berlangsung di Ru'yat Center Jalan Pajajaran, kemarin.

Hadir pada acara itu Ketua DPD Golkar Cheppy Harun, Ketua DPC PDIP Tb Rafli Mukti, Ketua DPD PKS Yocie Gusman, Ketua Tim Sukses Diani-Ru'yat Berlin H Purba dan Sekretaris Tim Aly Yusuf, serta calon wakil walikota Bogor Achmad Ru'yat.

Ketua DPD Golkar Cheppy Harun mengatakan, kemenangan sementara pasangan Diani-Ru'yat membuktikan bahwa seluruh mesin partai pendukung pasangan sudah bekerja dengan baik, termasuk tim sukses, simpatisan dan relawan Diani-Ru'yat. “Kita terus mengawal pasangan ini hingga lima tahun ke depan,” tutur Cheppy.

Sedangkan Ketua DPC PDIP Rafli Mukti mengatakan, kemenangan sementara Diani-Ru'yat merupakan kemenangan bagi seluruh masyarakat Kota Bogor. “Ini bukan kemenangan kita, tapi kemenangan masyarakat Kota Bogor, karena berkat dukungan masyarakat juga pasangan Diani-Ru'yat meraih sukses di Pilwalkot ini,” ungkap Rafli.

Sementara Ketua DPD PKS Yocie Gusman mengimbau pada para tim sukses, pendukung, simpatisan dan relawan Diani-Ru'yat untuk tidak melakukan euforia kemenangan yang berlebihan. “Mari kita sama-sama menjaga proses demokrasi ini dengan baik dan tidak ada euforia yang berlebihan,” tutur Yocie.

Pada kesempatan itu, tim sukses Diani-Ru'yat juga menyampaikan hasil perhitungan cepat (quick count) Pilwalkot Bogor. Beradasarkan hasil akhir quick count Pilwakot Bogor Tim Diani-Ru'yat, Syafei-Akik memperoleh 8,4 % suara, Ki Gendeng Pamungkas-Chusairi 7,2% suara, Iis-Ahani 5,6 % suara, Dody-Erik 14,2% suara dan Diani-Ru'yat 64,6% suara dari 150 TPS yang menjadi sample untuk quick count di 68 kelurahan, dengan sampling error 6,4 persen. (rid/dei/dra/sep)



PEROLEHAN SUARA SEMENTARA PILWALKOT BOGOR 2008

KECAMATAN

SYAFEI-AKIK

KGP-CS

IIS-AHANI

DODY-ERIK

DIANI-RU’YAT

Bogor Selatan

5,716

7.79%

5,053

6.89%

5,202

7.09%

9,477

12.92%

47,897

65.30%
Bogor Timur

3,689

9.68%

2,578

6.76%

1,856

4.87%

5,852

15.36%

24,136

63.33%
Bogor Barat

7,073

7.77%

5,638

6.19%

4,551

5.00%

14,478

15.90%

59,336

65.15%
Bogor Utara

5,955

9.58%

4,627

7.44%

3,306

5.32%

10,785

17.35%

37,497

60.31%
Tanah Tengah

4,509

10.02%

3,533

7.85%

2,284

5.08%

5,851

13.01%

28,810

64.04%
Tanah Sareal

6,385

8.41%

4,543

5.98%

3,691

4.86%

13,160

17.32%

48,183

63.43%
JUMLAH

33,327

8.64%

25,972

6.73%

20,890

5.42%

59,603

15.46%

245,859

63.75%

PENGHITUNGAN KPU

9,883

9.85%

8,353

8.32%

7,324

7.30%

18,461

18.40%

56,320

56.13%

*) data sampai pukul 23:30 (Redaksi)
(http://radar-bogor.co.id/?ar_id=MjA2NDc=&click=MTEy)

Sabtu, Oktober 25, 2008

Hasil Sementara Pilwalkot Bogor hingga pukul 14:40

Hasil Sementara Pilwalkot Bogor hingga pukul 14:40
Diani Ru'yat Menang

BOGOR - Pasangan Diani Budiarto-Achmad Ru'yat unggul sementara dalam pemilihan walikota Bogor (pilwalkot) hari ini. Hingga pukul 14:40 WIB, pasangan nomor urut ini unggul di mayoritas TPS yang tersebar di Kota Bogor dari empat lawannya. Pilwalkot Kota Bogor ini kemungkinan besar akan berlangsung satu putaran.

Tadi pagi sejak pukul 07:00 WIB hingga 13:00 WIB, warga Bogor menyalurkan suaranya di 1.586 TPS yang tersebar di enam kecamatan Kota Bogor. Jumlah pemilih tetap yang tercatat di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bogor sebanyak 603.029. Namun hingga berita ini naik cetak belum perkiraan diketahui jumlah golongan putih (golput).

Pilwalkot Bogor diikuti lima pasangan. Dua pasangan calon dari jalur independen, yakni nomor urut 1 Syafei Bratasendjaya-Akik Darul Tahkik dan pasangan nomor urut 2 Ki Gendeng Pamungkas-Chusairi. Sedangkan pasangan nomor urut 3 adalah Iis Supriatini-Ahani usungan Partai Demokrat, Partai Bintang Reformasi, Partai Karya Peduli Bangsa, dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia.

Kemudian nomor urut 4 adalah Dody Rosadi-Erik Irawan Suganda yang diusulkan Partai Amanat, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Bulan Bintang, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Pelopor. Sedangkan pasangan nomor urut 5 Diani Budiarto-Ahmad Ru’yat. Pasangan ini paling banyak diusung partai politik. Diani yang masih walikota aktif dan Ru’yat yang wakil ketua DPRD Jawa Barat diusung sembilan partai politik. Yaitu Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Patriot, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Serikat Indionesia, Partai Buruh Sosial Demokrat, dan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan.

Secara umum, pilwalkot berlangsung aman dan tertib. Masyarakat menyalurkan suaranya di TPS yang dekat dengan tempat tinggalnya. Khusus pemilih yang tergeletak di rumah sakit, panitia pemilihan mendatangi mereka di tempat tidur. Meski begitu, kerahasiaan mereka tetap terjamin.

Panitia Pemungutan Suara (PPS) juga berlomba-lomba menampilkan TPS semenarik dan seunik mungkin. Itu mereka lakukan untuk menarik lebih banyak pemilih untuk mencoblos di bilik suara. Ada yang berseragam heboh, menampilkan adat Sunda, hingga berpakaian menor.

Di TPS 12 Kelurahan Tegallega Kelurahan Bogor Tengah, PPS menggunakan pakaian adat Sunda. TPS ini juga didirikan di halaman Pendidikan Anak Usia Dini (PPS). Di sana, panitia menyediakan tempat duduk untuk pemilih dengan kursi TK sehingga pemilih berbadan bongsor kesulitan menyesuaikan posisinya.

Sementara di kertas suara, hanya pasangan nomor urut 1 dan 2 yang memakai peci. Sedangkan Ahani, pasangan Dody-Erik, dan Diani-Ru’yat memilih tidak menutup kepalanya dengan peci. Meski begitu, dasi tetap menggantung di kemeja mereka.

PEROLEHAN SUARA SEMENTARA PILWALKOT BOGOR 2008

SYAFEI-AKIK

KGP-CHUSAIRI

IIS-AHANI

DODY-ERIK

DIANI-RU'YAT

Versi Media Centre Diani-Ru'yat

7,6%

7,3%

5,8%

13,8%

65,5%

Versi Tim Sukses Dody-Erik

10%

5%

8%

20%

40%

Versi Radar Bogor

8,9%

6,9%

4,5%

12,15%

67,44%

(http://radar-bogor.co.id/?ar_id=MjA2MzQ=&click=MzQ5)

Jumat, Oktober 24, 2008

Dinasti Feodalis dan Kapitalis Birokrat ingin menguasai Kota dan Kabupaten Bogor.

Dinasti Feodalis dan Kapitalis Birokrat ingin menguasai Kota dan Kabupaten Bogor.

Sang Ayah, Bapak Aang Hamid Suganda terpilih menjadi Bupati Kuningan. Keponakan, Dede Yusuf menjadi Wakil Gubernur Jabar. Istri, Ibu Oce menjadi Calon Legislatif DPR RI nomor jadi dari Kabupaten Bogor. Sang Anak, Erik Suganda Calon Wakil Walikota Bogor, Sang Keponakan, Nungky menjadi Calon Bupati Bogor.

Sungguh sangat menyentuh hati kaum proletar dan rakyat jelata yang selama ini selalu terpinggirkan karena tidak punya Uang dan Koneksi, karena kita tau bahwa mereka pernah menikmati hidup di Era Orde Baru. Akankah kita biarkan? Hanya ada satu kata : LAWAN...!
(http://wawankusnun.blogspot.com/2008/10/dinasti-feodalis-dan-kapitalis-birokrat.html)

Selasa, Oktober 21, 2008

Sekilas Pencemaran Nama Baik Ketua DPD PDIP JAWA BARAT

KPUD Jabar Tak Berwenang Mencoret Rudi Harsa Tanaya
Senin, 20 Oktober 2008

BANDUNG, (PRLM).- Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jawa Barat tidak berwenang mencoret Rudi Harsa Tanaya dalam daftar calon tetap (DCT). Pada tahap ini, kewenangan tersebut hanya ada di tangan partai pengusung, yaitu PDI Perjuangan. Terkait dugaan ijazah palsu yang dimiliki Rudi, KPUD Jabar hanya berpegangan pada hasil verifikasi yang telah dilakukan KPUD dalam proses pendaftaran caleg untuk terdaftar dalam Daftar Calon Sementara (DCS).

Ketua KPUD Jabar Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengatakan itu ketika ditemui di Kantor KPUD Jabar, Jln. Garut No. 11 Kota Bandung, Senin (20/10).

Berdasarkan hasil verifikasi, ijazah yang dimiliki Rudi adalah sah. KPUD Jabar bahkan mendatangi langsung sekolah tempat Rudi menimba ilmu itu. KPUD Jabar, lanjut dia, tidak punya alasan mencoret Rudi Harsa Tanaya dalam DCT. Terkait laporan yang disampaikan Kesatuan Mahasiswa (Kemas) Jabar mengenai dugaan ijazah SMA Rudi yang tidak memenuhi syarat, sesuai ketentuan UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu, Ferry mengaku sudah menyampaikan laporan Kemas Jabar itu untuk diklarifikasi oleh PDIP. "Kami tunggu klarifikasi dari PDIP. Paling lambat hari ini," ujarnya

(www.pikiran-rakyat.com)

Diadukan Kemas ke KPU Jabar, Rudy Harsa Lapor ke Polda

Jumat, 17 Okt 2008

POLDA JABAR - Karena diadukan anggota masyarakat ke KPU Jabar terkait pencalonannya sebagai anggota legislatif, caleg yang juga Ketua DPD PDIP Jabar, H. Rudy Harsa Tanaya lapor ke Polda Jabar. Rudy merasa telah dicemarkan nama baiknya oleh Komunitas Mahasiswa Jawa Barat (Kemas Jabar), yang melakukan aksi unjuk rasa dan melaporkan terkait pencalegan Rudy beberapa hari lalu.

Pengaduan Rudy Harsa ke Polda Jabar dilakukan Kamis (16/10), petugas Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Polda Jabar, AKBP Burhanudin. Rudy melaporkan Koordinator Kemas Jabar, Sri Dian karena telah melanggar pasal 310 ayat (2) dan pasal 311 ayat (1) tentang pencemaran nama baik.

Anggota tim advokasi PDIP Jawa Barat, Darius Doloksaribu, menyatakan, pengaduan dilakukan Rudy Harsa Tanaya langsung didampingi tim advokasi yang terdiri atas dirinya sendiri, Abdy Yuhana, dan Idris Lubis. Ikut menghadiri puluhan pendukung dan simpatisan PDIP ke Polda Jabar di Jln. Soekarno-Hatta Bandung.

Katanya, pada kesempatan tersebut Rudy juga langsung diperiksa sebagai saksi pelapor oleh Tipiter selama dua jam. “Pak Rudy telah dimintai keteranggannya sebagai saksi pelapor,” kata Darius kepada “GM” di Polda Jabar.

Sementara itu, caleg Rudy Harsa Tanaya yang datang bersama puluhan simpatisan PDIP menyatakan, Kemas Jabar dinilai telah melakukan pencemaran nama baik dan penghinaan. Pasalnya, kata Rudy, Kemas Jabar menuding jika dirinya tidak memiliki ijazah dan akta kelahiran. “Apa yang dikatakan mereka merupakan bentuk fitnah. Bahkan tidak hanya menyerang pada pribadi saya, melainkan juga kelembagaan,” kata Rudy.

Pelaporan ini dilakukan, lanjut Rudy, dengan maksud memberi pembelajaran kepada pedemo untuk menyampaikan aspirasi sesuai ketentuan yang berlaku. “Jika memang keberatan ada mekanisme resmi yang bisa ditempuh seperti melaporkannya pada KPU,” jelasnya.

Satu nama

Sementara itu, anggota tim advokasi lainnya, Abdy Yuhana, menyatakan, saat ini pihaknya baru melaporkan satu nama, yaitu Sri Dian yang bertindak sebagai koordinator lapangan Kemas Jabar.

Abdy juga mengatakan, kliennya Rudy Harsa memiliki bukti-bukti kuat, yaitu ijazah sekolah. “Mulai dari TK sampai SMA. TK di Regina Pacis Bogor, SD dan SMP di Budi Mulia Bogor, dan SMA di Regina Pacis,” katanya.

Di perjalanan penyidikan, tidak tertutup kemungkinan pemanggilan nama-nama lain yang turut serta dalam aksi tersebut. Mereka dituntut untuk membuktikan dugaan yang sudah ditujukan kepada Rudy.

Pada aksi yang dilakukan Kemas Jabar di Kantor KPU Jabar, Selasa (14/10), korlap demonstrasi, yaitu Sri Dian, menuding Rudy tidak mengantongi ijazah SMA yang menjadi prasyarat resmi pendaftaran sebagai calon legislatif. Selain itu, massa juga menyebarkan pernyataan sikap yang memuat nama Rudy Harsa Tanaya sebagai salah satu calon legislatif yang bermasalah dalam hal ijazah.
(www.lodaya.web.id)

Rahman Bela Kades

Terkait Ancaman Nu Sae Mempidanakannya 
Rahman Bela Kades 

CIBINONG - Pertarungan head to head pasangan Nungki sareng Endang Kosasih (Nu Sae) dan Rachmat Yasin-Karyawan Faturachman (Rahman) semakin terbuka. Sejak mayoritas kepala desa (kades) di Kabupaten Bogor merapat ke pasangan Rahman, kubu Nu Sae terkesan kecolongan.

Pasangan Nu Sae pun mengancam bakal mempidanakan kades yang tidak netral pada pemilihan bupati-wakil bupati (Pilbup) putaran kedua November mendatang. Namun, kubu Rahman membela hak kades untuk mendukung pasangan itu.

Direktur Kampanye Tim Sukses Rahman Rifdian Suryadarma menegaskan bahwa kades bukan bawahan camat maupun bupati. Maka dari itu, kades memiliki otonomi khusus dalam menyelenggarakan pemerintahan desa. "Jadi terserah, bersikap netral atau tidak," tegasnya. Direktur RY Center ini menyarankan agar tim sukses manapun harus menghormati hak-hak politik kades. “Sah-sah saja kades menyatakan sikap. Itu merupakan ekspresi mereka terhadap pasangan calon yang ingin mereka pilih,” tambahnya.

Hal senada dikatakan Ketua Divisi Media dan Komunikasi Tim Sukses Rahman David Rizar Nugroho. Dia memandang jabatan kades merupakan jabatan politis, karena posisinya dipilih langsung oleh rakyat dan pengayom masyarakat. Kades pun berkewajiban melayani semua masyarakat desa tanpa diskriminasi.

“Sebagai warga negara, kades juga punya hak politik untuk memilih dan dipilih. Sikap-sikap yang menyerang netralitas kades dalam Pilkada adalah sikap yang tidak simpatik. Itu akan mengebiri demokrasi, kebebasan berpendapat dan berpolitik yang dilindungi UUD 1945,” beber David.

Menurut dia, sikap Nu Sae menyatakan kades harus netral menunjukkan kepanikan melihat realitas politik. Apalagi dengan fakta bahwa koalisi rakyat yang tengah dibangun Rahman menjelang putaran kedua mendapat dukungan stakeholder. Termasuk ratusan kades yang ingin mengawal perubahan bersama Rahman menuju Kabupaten Bogor yang lebih baik lima tahun ke depan.

Selain itu, sambung David, Rahman juga terus membangun komunikasi politik dengan PKS, Djurus dan HMD-N. “Untuk mencapai suatu kesepakatan politik itu perlu proses. Rahman tidak akan berkoar-koar mengklaim mendapat dukungan dari si a, b atau c sebelum proses komunikasi politik,” jelasnya.

David menuturkan, Rahman juga ingin mengembangkan politik yang santun dengan menghormati PKS, Djurus dan HMD-N sebagai sahabat yang juga punya pandangan-pandangan. “Jangan membuat bingung rakyat dengan klaim politik yang ternyata banyak dibantah pihak yang merasa diklaim,” tandasnya.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=MjAyOTI=&click=Nzk=)

Sabtu, Oktober 18, 2008

Rahman Lupakan Gugatan ke MA

Siapkan Koalisi Rakyat, Konsentrasi di Putaran Kedua 
Rahman Lupakan Gugatan ke MA

CIBINONG - Pasangan Rahmat Yasin-Karyawan Fathurachman (Rahman) akhirnya legawa menerima putusan Pengadilan Tinggi (PT) Jawa Barat dan melupakan rencananya melanjutkan gugatan ke Mahkamah Agung (MA). Pasangan yang diusung PPP dan PDIP ini siap menghadapi putaran kedua untuk berhadapan langsung dengan runner-up Pilbup Bogor putaran pertama, Nungki-Endang Kosasih (Nu Sae).

“Dengan suara yang paling tinggi di putaran pertama, kami optimis putaran kedua pun akan kami menangkan,” kata Ketua Tim Sukses Rahman Teuku Hanibal Asmar. Caranya, Rahman akan tetap mempertahankan suara yang sudah unggul di pataran pertama secara optimal.

Strategi mempertahankan keunggulan suara akan dilakukan Rahman dengan membentuk tim sukses di setiap dapil. Cara ini dirasa sangat efektif karena otomatis akan menggerakan mesin partai di tingkat bawah. “Kami lebih fokus melakukan komunikasi dengan siapa saja dan enggan melakukan klaim,” katanya.

Wakil Sekretaris Dapil 3 Bogor Selatan David Rizar Nugroho mengatakan tim Rahman saat ini sedang menyiapkan Koalisi Rakyat. “Koalisi Rakyat adalah koalisi dengan seluruh stakeholder Kabupaten Bogor, termasuk di dalamnya PKS, Djurus dan HMD-N yang kita ajak untuk sama-sama membangun Kabupaten Bogor yang lebih baik,” kata David.

David menambahkan, Rahman tak akan terjebak dalam aksi klaim-klaim dukungan politik yang dapat menyesatkan publik. Rahman, menurutnya, akan fokus pada optimalisasi mesin politik dan membangun komunikasi politik yang sehat dan bermartabat. Pada saatnya, jika Koalisi Rakyat terbangun, baru kami umumkan ke publik,” tambahnya.

Optimalisasi mesin politik Rahman dilakukan dengan menyempurnakan struktur tim sukses dengan membentuk tim sukses per dapil dengan melibatkan caleg-caleg partai pengusung. Pilar utama seperti tim sukses seperti PAC, RY Center dan relawan tetap akan dipertahankan. 

“TS kecamatan sendiri akan diperkuat dengan membentuk koordinator saksi dan koordinator pengamanan TPS,” jelas David.

Direktur RY Center Rifdian Suryadarma juga optimis Rahman dapat menang lagi di putaran kedua 30 November mendatang. “Tim sukses kami sudah dibentuk hingga tingkat RT. Suara pada putaran pertama otomatis akan dipertahankan dan kami pun optimis akan menambah suara,” katanya.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=MjAxMDE=&click=NjI=)

Rabu, Oktober 15, 2008

Kades Merapat ke Rahman

Kades Merapat ke Rahman 

CIBINONG - Menjelang Pemilihan Bupati-Wakil Bupati (Pilbup) Bogor putaran kedua, dukungan pasangan Rachmat Yasin-Karyawan Fathurahman (Rahman) terus mengalir. Kali ini datang dari kepala desa dari berbagai kecamatan. Meski secara formal belum resmi membuat dukungan, namun secara implisit terlihat para kades ini merapat ke pasangan Rahman.

Menurut Kades Pagelaran Kecamatan Ciomas Usup, selain menggelar silaturahmi, para kades ini berkumpul di DPC PPP Kabupaten Bogor untuk berangkat bersama-sama menghadiri pernikahan anak Kades Cicadas, Adi Suwardi.

Sementara itu, Calon Bupati Bogor Rachmat Yasin mengatakan, berkumpulnya mayoritas kades di Kabupaten Bogor ini bukan pertama kalinya. Sebelum putaran pertama, Rahmat mengklaim telah mendapatkan empati dari 250 kades. Nah, saat ini jumlah ini meningkat menjadi 300 kades yang siap memenangkan pasangan Rahman pada putaran kedua.

‘’Saya sangat menghormati Pak kades. Saya juga tahu mereka sangat mengidamkan adanya perubahan,’’ ujar Rachmat. 

Sedangkan Kades Ciapus Fachrurozi mengatakan, kumpulnya para kades di gedung DPC PPP ini untuk menyukseskan Pilbup putaran kedua. Sedangkan mesalah dukungan pribadi ia serahkan pada masing-masing kades. ‘’Kades sebenarnya netral, tapi secara pribadi sudah menentukan pilihan calon bupatinya,’’ singkat Fachrurozi.


CIBINONG - Menjelang Pemilihan Bupati-Wakil Bupati (Pilbup) Bogor putaran kedua, dukungan pasangan Rachmat Yasin-Karyawan Fathurahman (Rahman) terus mengalir. Kali ini datang dari kepala desa dari berbagai kecamatan. Meski secara formal belum resmi membuat dukungan, namun secara implisit terlihat para kades ini merapat ke pasangan Rahman.

Menurut Kades Pagelaran Kecamatan Ciomas Usup, selain menggelar silaturahmi, para kades ini berkumpul di DPC PPP Kabupaten Bogor untuk berangkat bersama-sama menghadiri pernikahan anak Kades Cicadas, Adi Suwardi.

Sementara itu, Calon Bupati Bogor Rachmat Yasin mengatakan, berkumpulnya mayoritas kades di Kabupaten Bogor ini bukan pertama kalinya. Sebelum putaran pertama, Rahmat mengklaim telah mendapatkan empati dari 250 kades. Nah, saat ini jumlah ini meningkat menjadi 300 kades yang siap memenangkan pasangan Rahman pada putaran kedua.

‘’Saya sangat menghormati Pak kades. Saya juga tahu mereka sangat mengidamkan adanya perubahan,’’ ujar Rachmat. 

Sedangkan Kades Ciapus Fachrurozi mengatakan, kumpulnya para kades di gedung DPC PPP ini untuk menyukseskan Pilbup putaran kedua. Sedangkan mesalah dukungan pribadi ia serahkan pada masing-masing kades. ‘’Kades sebenarnya netral, tapi secara pribadi sudah menentukan pilihan calon bupatinya,’’ singkat Fachrurozi.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=MTk4ODk=&click=NzU=)

Kamis, Oktober 09, 2008

Surat Suara Berubah, Nama Caleg Menonjol

Surat Suara Berubah, Nama Caleg Menonjol


JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) kembali melakukan revisi untuk mencari format terbaik desain surat suara Pemilu Legislatif 2009. Perubahan desain terakhir ini mendekati semangat sistem proporsional terbuka UU Pemilu Nomor 10 Tahun 2008. Porsi nama calon legislatif (caleg) mulai ditonjolkan dibanding desain surat suara sebelumnya.

Dengan daftar nama calon yang ditonjolkan diharapkan para pemilih langsung menentukan nama calon sebagai pilihan. Karena dalam UU Pemilu menyebutkan batas BPP (bilangan pembagi pemilih) sebesar 30 persen. Artinya, bila ada calon yang memenuhi BPP 30 persen dia akan mendapat hak memenangkan kursi DPR tanpa melalui mekanisme nomor urut. Sedangkan, bila di satu partai tak ada yang memenuhi BPP, sementara total suara yang masuk ke partainya berhak mendapat kursi, maka penentuan dilakukan dengan nomor urut. 

Sementara sejumlah partai seperti PAN, Golkar dan Demokrat langsung secara internal menerapkan suara terbanyak. Itulah sebabnya, pemilihan langsung kepada calon sangat penting. 

Perubahan menonjolkan nama caleg itu merupakan hasil pembahasan KPU dengan sejumlah ahli grafika yang dipresentasikan di Jakarta kemarin (8/10). Sebagaimana direncanakan sebelumnya, KPU memutuskan memperkecil ruang bagi nomor urut, logo dan nama parpol. 

Bukan hanya itu. Ukuran surat suara juga sedikit mengecil. Dari sebelumnya berukuran 55 x 88 cm, surat suara baru tersebut memiliki panjang dan lebar 54 x 75 cm. Desain pun kini diputuskan memanjang dari atas ke bawah demi mengakomodasi sempitnya bilik suara saat pemilihan.

Ketua Pokja Surat Suara KPU Andi Nurpati menyatakan, perubahan desain tersebut merupakan rekomendasi Komisi II DPR. Pada saat rapat konsultasi, DPR menyarankan agar KPU terlebih dahulu meminta opini sejumlah ahli grafis terkait desain yang lebih ideal. "Ini usul dari tim grafis kepada kami," ujar Andi kepada wartawan di ruang kerjanya.

Dibanding desain sebelumnya, layout surat suara yang terbaru tersebut jauh lebih padat. Tim grafis menghilangkan banyaknya ruang kosong di surat suara sebelumnya, terutama pada batas pemisah kosong antara kop suara dengan kolom-kolom partai peserta pemilu. 

"Untuk dapil yang jumlah calegnya melampaui batas kolom, akan dibuat dua lembar," terang Andi. Sebagai contoh, dapil di DPRD DKI, Riau, dan Sumut memiliki jumlah caleg mencapai 30 orang per partai. Selain itu, surat suara khusus akan dibuat untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang mengakomodasi enam partai lokal.

Selain soal desain, tim grafis merekomendasikan sejumlah alternatif kertas suara yang bisa digunakan KPU. Dalam hal ini KPU lebih condong menggunakan kertas biasa yang dicetak dengan security printing. Pertimbangan tersebut diambil karena harganya lebih terjangkau dibanding langsung menggunakan security paper. "Kami masih berhitung-hitung kertas apa yang cukup disesuaikan dengan anggaran yang ada," kata Andi. Alokasi anggaran KPU untuk surat suara adalah Rp 1,2 triliun.

Secara terpisah, Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary menyatakan, kebutuhan surat suara untuk Pemilu 2009 diperkirakan 900 juta lembar. Asumsi itu berdasarkan estimasi jumlah pemilih mencapai 172 juta penduduk. Dengan masing-masing pemilih mendapat empat lembar surat suara, jumlah tersebut juga memperhitungkan kelebihan 2 persen surat suara. Juga surat suara untuk penghitungan ulang 1.000 lembar per TPS.

Jumlah tersebut melampaui estimasi KPU sebelumnya yang memperkirakan "hanya" akan mencetak 700 juta lembat kertas suara. Meski melampaui rencana, Hafiz optimistis alokasi anggaran yang disediakan KPU masih mencukupi untuk memenuhi target baru tersebut.(bay/tof)
(http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=349927)

Minggu, Oktober 05, 2008

Hanya di Indonesia dan Kamerun

Hanya di Indonesia dan Kamerun


SUDAH sangat sedikit negara di dunia ini yang masih menggunakan sistem mencoblos dalam pemilu. Bahkan, menurut Direktur Eksekutif Center for Electoral Reform (Cetro) Hadar Navis Gumay, tinggal Kamerun dan Indonesia yang menerapkannya. 

"Yang tersisa memang masih dua negara ini (Kamerun dan Indonesia, Red)," ujar Hadar. Karena itu, menurut dia, sistem mencoblos murni sebagai cara memberikan suara pada pemilu di Indonesia sudah tidak tepat lagi diterapkan secara utuh. Harus mulai dirintis model cara memilih yang lain. 

"Ada anggapan, cara memberi tanda memang lebih cerdas ketimbang mencoblos," katanya. Dalam perkembangan demokrasi, lanjut dia, model memilih dengan mencoblos memiliki banyak kekurangan karena mudah terjadi manipulasi dan perusakan surat suara. 

Meski demikian, tambah Hadar, cara tersebut tidak bisa diterapkan seketika. Harus ada penahapan melalui proses sosialisasi yang matang. "Memang akan ada kesan KPU menerapkan standar ganda. Tapi, aturan cara menandai dengan mencontreng memang belum bisa diterapkan secara kaku, butuh masa transisi," katanya.

Rasa enggan disetingkatkan dengan Kamerun dalam perkembangan demokrasi juga pernah dinyatakan Wapres Jusuf Kalla. "Jangan lupa, Kamerun adalah salah satu negara termiskin dan masih banyak (penduduknya) yang buta huruf, meski bolanya hebat," ujar Kalla beberapa waktu lalu.

Ketua umum DPP Partai Golkar itu menyatakan, Indonesia menerapkan cara mencoblos surat suara sejak Pemilu 1955. Waktu itu buta huruf di negeri ini masih 50 persen dan sekarang tinggal 7 persen. "Fakta terkini, mayoritas penduduk sudah tidak buta huruf dan angka," ujar Kalla. 

Selain itu, tambah dia, surat suara pada Pemilu 2009 berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Dia menyatakan, adanya surat suara yang memasukkan gambar dan nama calon dengan sendirinya akan mengharuskan pemilih untuk membaca dan akhirnya menentukan hak pilihnya. "Kalau dulu kan cuma angka," bandingnya.

Kalla pun menilai cara mencoblos akan lebih mudah dimanipulasi sehingga surat suara bisa batal. Misalnya, kalau KPU iseng dan mereka cenderung mendukung Golkar, dengan mainkan kukunya, robeklah kartu itu sehingga tidak sah. "Tetapi, kalau contreng kan tidak bisa seperti itu," paparnya.

Namun, pandangan berbeda disampaikan Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan (FPDIP) di DPR Ganjar Pranowo. Menurut dia, sesuai tidaknya sistem memilih untuk Pemilu 2009 nanti tidak ditentukan negara mana saja yang masih menerapkannya. "Namun, ukuran utamanya harus tetap didasarkan pada jangan sampai suara rakyat jadi hilang," tegasnya. (dyn/bay)
(http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=349736)

Kepentingan Politis Parpol dalam Teknis Pemilu

Kepentingan Politis Parpol dalam Teknis Pemilu

Golkar Mencontreng, PDI Mencoblos
Persiapan Pemilu 2009 terasa begitu rumit. Sejak awal pembuatan RUU sudah penuh debat. Sudah menjadi UU pun, tetap dirombak. Misalnya, mengapa metode mencoblos tetap digunakan, padahal dalam UU sudah disebut menandai. Bagaimana manuver parpol besar untuk menjaga kepentingannya itu?

Urusan teknis menandai surat suara bukan persoalan sepele. Masalah itu ternyata menjadi persoalan rumit dan membutuhkan debat yang panjang untuk menentukannya. Parpol berjuang mati-matian untuk meloloskan kepentingannya. Lobi berlarut-larut harus terus dilakukan. Tidak hanya antarfraksi di internal DPR, tapi juga antara DPR dengan wakil pemerintah. 

Partai Golkar yang menjadi fraksi terbesar berusaha mati-matian meninggalkan pola lama, yakni mencoblos. Partai berlambang beringin itu membawa usul agar teknis menandai dengan mencontreng menggunakan pena. Sementara fraksi lain, termasuk PDIP, tetap menginginkan mencoblos. Hasil kesepakatannya, sesuai yang tertuang pada pasal 156 UU Pemilu, pemberian suara untuk pemilu anggota legislatif dilakukan dengan memberikan tanda satu kali pada surat suara. 

Namun, perdebatan tak berhenti di situ. Sebab, aturan tersebut masih terlampau umum. Pilihan teknisnya tetap harus diserahkan kepada penyelenggara pemilu melalui peraturan KPU. Bola pun berpindah ke lembaga penyelenggara pemilu tersebut.

Pada awal pembahasan, KPU sempat menyatakan bahwa aturan menandai dalam UU Pemilu No 10/2008 sudah sangat jelas. Yakni, dilakukan dengan memberikan tanda satu kali pada salah satu kolom nama caleg, nomor caleg, atau nama partai.

Dalam hal ini, KPU menilai pengertian dalam UU tersebut adalah memberikan penandaan menggunakan media tulis seperti bolpoin atau spidol. Yang dipahami KPU itu sebenarnya sudah sesuai UU Pemilu 2008 yang disahkan pada Maret 2008.

Tapi, UU Pemilu diterapkan, sejumlah fraksi di DPR kembali melakukan manuver. Mereka menuntut agar KPU kembali saja pada tata cara mencoblos. Mereka berpandangan, tata cara menandai tidak bisa diaplikasikan pada Pemilu 2009 yang akan datang dalam hitungan bulan. "Sejak awal kami sangat setuju dengan mencoblos," kata anggota FPDIP Yasonna Laoly saat dihubungi kemarin (4/10).

Mantan wakil ketua Pansus RUU Pemilu itu mengaku partainya memiliki kepentingan dengan diakuinya kembali teknis mencoblos sebagai salah satu alternatif sah dalam pemberian suara. "Namun, semua itu bukan untuk kepentingan kami sendiri, tapi bangsa ini secara umum," ujarnya berdalih. Sebab, faktanya, menurut Yasonna, masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di level rendah dalam hal pendidikan dan informasi. 

PDIP memang termasuk paling diuntungkan oleh sistem mencoblos. Sebab, basis utama PDIP adalah masyarakat bawah yang kurang pendidikan. Apalagi, partai itu menerapkan sistem nomor urut seperti UU Pemilu. 

Awalnya, KPU masih bersikukuh memakai sistem penandaan dengan mencontreng menggunakan pena. Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary pernah menyatakan, kesepakatan mencontreng sebagai tanda yang sah itu ditujukan untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan suara maupun petugas di lapangan untuk menghitung suara sah. "Untuk penandaan ini, kami sepakat satu-satunya dengan tanda (adalah) contreng," katanya. 

Terhadap tanda lain seperti menyilang, melingkari, atau menggaris, KPU pun merevisi pernyataannya dengan tetap mengakomodasi mencontreng saja. "Tidak perlu ada tanda lain karena itu malah mempersulit sosialisasi kami," tegasnya.

Terlebih, hasil simulasi surat suara yang dilakukan KPU sebenarnya memberikan angin segar kepada KPU. Mayoritas warga yang berpartisipasi dalam simulasi di Jawa Timur dan Papua ternyata sudah memahami tata cara mencontreng. 

Di Sidoarjo, Jatim, misalnya, di antara 492 warga yang ikut "memilih", hanya ada dua warga yang menandai surat suara dengan mencoblos. Padahal, saat itu sosialisasi mencontreng baru dilakukan KPU saat hari H simulasi.

Dengan data dan fakta tersebut, KPU sebenarnya memiliki modal kuat bahwa menandai dengan mencontreng bisa digunakan sebagai media menandai surat suara Pemilu 2009. Apalagi, dengan keyakinan yang dibawa, KPU bisa melanjutkan hasil simulasi itu dengan mengintesifkan sosialisasi cara baru menandai tersebut kepada pemilih.

Namun, konsistensi KPU itu akhirnya berkompromi dengan desakan sejumlah fraksi DPR. Demi mengakomodasi beragamnya tingkat pendidikan dan pemahaman pemilih, KPU setuju tetap mengakomodasi mencoblos sebagai salah satu alternatif pilihan. 

Bukan hanya itu, pilihan menyilang, melingkari, menggaris, atau memberi tanda lain akhirnya dianggap sah oleh KPU. Tekanan dari sejumlah fraksi di DPR membuat KPU berubah pikiran. "Bagi kami, ini bukan kompromi, namun supaya pemilih tetap diberi kesempatan menandai dengan cara apa pun tanpa mengurangi kesempatan syarat sah suara mereka," tegas Hafiz soal alasan dirinya "menyerah" kepada sejumlah fraksi di DPR. 

Dia juga menyatakan penetapan UU Pemilu pada dasarnya tidak menutup peluang KPU untuk tetap mengakomodasi mencoblos. "Kesepakatan kami, mencoblos adalah sah. Namun, itu bukan pilihan utama pada pemilu ke depan," ujarnya.

Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) Syarief Hasan mengaku, keputusan rapat konsultasi antara KPU dengan pimpinan DPR yang menyatakan mencoblos tetap sah sesuai aspirasi mayoritas fraksi di DPR. Menurut dia, hanya Partai Golkar yang tetap menginginkan agar pengertian menandai dalam UU Pemilu hanyalah mencontreng. 

Senada, Ketua FPPP Lukman Hakim Saifuddin bersyukur cara mencoblos tetap digunakan pada Pemilu 2009. Menurut dia, umumnya masyarakat kecil sebagai bagian terbesar masyarakat Indonesia memang lebih cenderung memilih metode mencoblos. "Lebih mudah karena sudah terbiasa," ungkapnya. 

Hanya, yang menjadi masalah, mengapa saat pembahasan UU di DPR, metode mencoblos tidak ditampung? Dan setelah jadi UU, baru pendukung pencoblosan bergerak, sehingga muncul kesan tidak konsisten dalam memahami UU. (t. bayuaji/dian w.)
(http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=349737)

Jumat, Oktober 03, 2008

Nu Sae-Rahman Siapkan Langkah Strategis

Menghadapi Putaran II Pilbup Bogor 
Nu Sae-Rahman Siapkan Langkah Strategis

BOGOR – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bogor sudah mematok putaran dua Pilbup Bogor digelar pada 30 November 2008. Pasca Lebaran berbagai persiapan dilakukan Nu Sae (Nungki–Endang Kosasih) dan Rahman (Rachmat Yasin–Karyawan Fathurachman).

Optimisme menyeruak dari kubu Nu Sae maupun Rahman. Keduanya siap habis-habisan menghadapi putaran dua tersebut. “Ya, secara head to head Nu Sae sudah sangat siap. Secara politik, adanya putaran kedua ini kita lebih diuntungkan dan kami optimis menang,” ujar Wakil Ketua Bidang Humas Tim Pemenangan Nu Sae Erwin Najmudin kepada Radar Bogor, kemarin.

Dengan hanya dua pasangan yang bertarung di putaran kedua nanti, Nu Sae yakin kekuatannya yang sempat terpecah menjadi tiga saat putaran pertama, kembali bersatu. “Putaran kedua nanti Nu Sae akan lebih solid di wilayah timur dan barat, terutama berasal dari suara yang sudah menyatu kembali,” terangnya.

Pria yang setiap saat mendampingi Calon Wakil Bupati Endang Kosasih ini mengatakan jauh-jauh hari sudah melakukan berbagai langkah strategis menghadapi putaran kedua. Konsep reevaluasi, rekonsolidasi dan reposisi sistem perekrutan kekuatan terus dilakukan di hampir 40 kecamatan di Kabupaten Bogor.

“Kita sudah mengalkulasikan peta politik suara votegater dengan penerapan barometer asumsi yang akuntabel,” katanya sedikit membocorkan cara meraup suara. Erwin mengatakan strategi yang paling jitu diterapkan Nu Sae adalah spider track politic atau jaringan berantai. “Jaringan ini kita terapkan melalui tim sukses di setiap zona kampanye,” ujarnya.

Bagaimana dengan pasangan Rahman? Tak mau tinggal diam. Langkah-langkah strategis pun mereka siapkan menghadapi putaran kedua. Tim sukses Rahman yakin mampu mempertahankan suara 29,94 persen yang telah mereka raih pada putaran pertama. “Secara vertikal maupun horizontal kami akan berusaha menyolidkan kembali suara yang sudah kami raih pada putaran pertama,” ujar Rifdian, Direktur Kampanye Tim Sukses Rahman.

Caranya, menguatkan jaringan hingga tingkat rukun tetangga (RT) yang selama ini sudah terjalin, terutama dalam mengawal suara agar tidak terlepas ke pasangan Nu Sae. 

Selain itu, jaringan komunikasi pun akan diperluas agar suara golput yang tinggi mampu digiring memilih Rahman. “Dan kami optimis dengan kemampuan yang kami punya mampu mengarahkan suara golput ke Rahman,” tegasnya.

Untuk lebih meyakinkan perolehan suara, Rahman akan lebih mengintensifkan perolehan suara di wilayah timur yang pada putaran pertama sedikit kedodoran. Suara di timur akan lebih ditingkatkan, sementara suara di wilayah lain akan dipertahankan. “Yang jelas kami juga sudah membuka komunikasi politik dengan pasangan lain,” tambah Rifdian. 

Beberapa yang sedang diincar Rahman antara lain pasangan yang diusung PKS, yakni Sae (Soenmandjaja–Ace Supeli) dan suara yang berasal dari wakil bupati dari pasangan nomor urut satu, Rusdi AS. 

“Keduanya sudah mulai kami dekati, bahkan Soenmandjaja sudah mulai memenuhi undangan kami untuk datang berbuka puasa saat dua hari sebelum Lebaran lalu,” jelasnya.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=MTkxMzY=&click=MjM=)