Rabu, Desember 19, 2007

PDIP Pelopori Kedaulatan Pangan

Kadernya Berhasil Mengembangkan Benih Unggul Emespe
PDIP Pelopori Kedaulatan Pangan


CARIU - Salah seorang kader PDIP berhasil mengembangkan bibit padi unggul, yang diberinama Emespe. Saat ini kelompok tani yang tergabung komunitas tumbuh bersama mengembangkan bibit padi unggul tersebut. Kemarin (18/12/2007), mantan Presiden RI Megawati Soekarno Putri memanen benih padi Emespe, di Desa Sukajadi Kecamatan Cariu. 

Keberhasilan ini merupakan perwujudan misi PDIP terutama dalam menegakan kedaulatan petani. ''Bagaimana rakyat bisa sejahtera kalau para petani sebagai tulang punggung tak memiliki pengetahuan pertanian dan tidak memiliki bibit padi unggul,'' kata Ketua DPC PDIP Kabupaten Bogor, Karyawan Fathurachman, disela-sela panen padi bersama Megawati Soekarno Putri dan Ketua DPW PDIP Jabar, Rudy Harsa Tanaya.
 
Menurutnya, pengembangan jenis bibit unggul ini sebagai bukti PDIP menginginkan petani sejahtera dan pasokkan pangan yang memadai. Soalnya selama ini, petani masih terpinggirkan, meski pada pada zaman orde baru telah berhasil dengan swasembada pangan. Begitu juga dan pada era reformasi muncul jargon ketahanan pangan. “Kami ingin menciptakan kedaulatan pangan,”ujar Karyawan yang juga Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor ini.

Untuk kedaulatan ini, PDIP terus memperjuangkan nasib petani dengan berbagai cara, salah satunya mengembangkan bibit unggul bagi petani. Keberhasilan pengembangan benih ini pun bukan langsung jadi, namun hasil pelatihan kelompok tani yang dibina PDIP baik dari pusat maupun di tingkat bawah yang berada dibawah naungan bidang koperasi dan UKM PDIP. 

Pada intinya, kata Wawan dengan keberhasilan ini berarti PDIP berhasil mengemban misinya terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan yang semakin merosot, padahal Indonesia sebagai negara petani. Pada kesempatan itu mantan Presiden Megawati menyerahkan hewan kurban yakni dua ekor sapi pada warga Desa Sukajadi.
(www.radar-bogor.co.id)

Senin, November 19, 2007

KPU Hitung Ulang Hasil Pilkada Maluku Utara

KPU Hitung Ulang Hasil Pilkada Maluku Utara

Jakarta (ANTARA News) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat, Selasa (20/11) pagi, akan menghitung ulang hasil pemungutan suara pemilihan kepala daerah (Pilkada) Provinsi Maluku Utara.

Penghitungan ulang hasil Pilkada Maluku Utara itu ditetapkan dalam Keputusan Rapat Pleno KPU tentang Penyelesaian Masalah Penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Maluku Utara tahun 2007 yang dibacakan di gedung KPU, Jakarta, Senin malam.

"Akan dilakukan rekapitulasi dan sekaligus penetapan Pemilu Gubernur Provinsi Maluku Utara," kata anggota KPU I Gusti Putu Arta seusai pembacaan hasil putusan.

Penghitungan tersebut akan dilakukan pada hasil pemungutan suara di tingkat kabupaten terkait polemik dugaan penggelembungan suara yang terjadi di Pilkada yang diadakan pada 3 November.

KPU Pusat juga menonaktifkan Ketua KPUD Provinsi Maluku Utara Rahmi Husen dan salah satu anggotanya, Nurbaya Soleman, dan mengambil alih tugas dan wewenang KPUD Provinsi Maluku Utara mulai saat keputusan pleno tersebut dibacakan.

Anggota KPUD Provinsi Maluku Utara Mukhlis Tapitapi mengatakan, pihaknya menerima putusan KPU Pusat tersebut.

"Kewenangan ada di KPU Pusat, saya hanya hadir menghadiri undangan saja," katanya.

Anggota KPUD Provinsi Maluku Utara yang tersisa akan tetap dilimpahi tugas administrasi seusai rekapitulasi penghitungan ulang oleh KPU Pusat.

"Yang penting rekapitulasi ulang, selebihnya hanya tinggal pengesahan," kata Mukhlis.

Selain mengambil alih rekapitulasi penghitungan pilkada Provinsi Maluku Utara, KPU Pusat yang diketuai Hafiz Anshary juga membatalkan keputusan KPUD Provinsi Maluku Utara yang membekukan KPUD Kabupaten Halmahera Barat.
(http://www.antara.co.id/arc/2007/11/19/kpu-hitung-ulang-hasil-pilkada-maluku-utara/)

Minggu, November 18, 2007

Thaib Armain dan Abdul Gani Menangkan Pilkada Maluku Utara

Thaib Armain dan Abdul Gani Menangkan Pilkada Maluku Utara
 
Jakarta - Akhirnya Thaib Armain dan Abdul Gani Kasuba memenangkan Pilkada Maluku Utara. Pasangan dengan nomor urut 2 itu telah berhasil menyingkirkan Abdul Gafur dan Abdul Rahim Fabanyo dengan selisih perolehan suara tipis.

Menurut Ketua Pokja Sosialisasi KPUD Maluku Utara Hurbanya HI Sulaeman, Thaib dan Abdul Gani memperoleh 179.020 suara atau 37,35 persen. Sementara Abdul Gafur dan Abdul Rahim mendapat suara 178.157 atau 37,35 persen.

"Berdasarkan SK KPU Provinsi Maluku Utara No 20/kKEP/PGWG/2007 tanggal 16 November 2007 telah ditetapkan pasangan dengan nomor urut 2 sebagai pasangan calon terpilih dengan perolehan suara terbanyak," kata Nurbaya.

Hal itu disampaikan dia dalam pengumuman pemenang Pilkada Maluku Utara di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Minggu (18/11/2007).

Nurbaya mengatakan, urutan ketiga ditempati oleh Antoni Charles Sunarjo dan HM Drakel dengan 76.117 suara atau 15,88 persen. Dan keempat Irvan Eddison dan Atik Achamd dengan 45.983 suara atau 9,59 persen.

"Jika ada pihak yang keberatan dapat mengajukan tuntutan paling lama 3 hari setelah penetapan," ujar Nurbaya.
(http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/11/tgl/18/time/183736/idnews/854142/idkanal/10)

Sabtu, Oktober 06, 2007

Mega Sorot Pilkada Maluku Utara

Mega Sorot Pilkada Maluku Utara
 
Jakarta - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputeri menyorot penyelenggara Pilkada di Maluku Utara. KPUD setempat dinilai banyak melakukan kecurangan. 

Kecurangan-kecurangan KPUD Maluku Utara yang disebutkan PDIP dalam keterangan persnya yang diterima detikcom, Sabtu (6/10/2007) cukup banyak.

Di antaranya, KPUD Maluku Utara tidak mengindahkan himbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah serta elemen-elemen masyarakat di Maluku Utara agar mengalihkan jadwal kampanye selama bulan Ramadhan. Juga mengacuhkan kesepakatan antara tim kampanye pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.

KPUD Maluku Utara juga tidak menghormati saran Panitia Pengawas Pemilu agar menaati kesepakatan antar pasangan calon serta melecehkan hasil rapat pimpinan DPRD Maluku Utara dengan KPUD soal pengembalian jadwal kampanye sesuai kesepakatan antar tim kampanye pasangan calon.

Belum lagi, KPUD Maluku Utara "memelintir" saran dari Mendagri dan KPU Pusat soal pengembalian jadwal kampanye sesuai kesepakatan pasangan calon.

"Jangan lagi ada dusta di antara kita, buang jauh-jauh pembodohan yang dilakukan KPUD. Rakyat Maluku Utara ingin kedamaian dan mereka harus dihargai hak-hak politiknya," seru Megawati.

Sejak Selasa (3/10/2007), DPP PDI Perjuangan telah mengirim tim dari Jakarta untuk memantau pelaksanaan Pilkada Maluku Utara. Selain Mayjen TNI (Purn) HZB Palaguna selaku Pelaksana Tugas Ketua DPD PDI Perjuangan Maluku Utara, juga ada tim dari Jakarta beranggotakan Mayjen TNI (Purn) Theo Syafei dan Profesor Hamka Haq selaku ketua DPP serta Wakil Sekjen Agnita Singedikane. 

"Yang sangat kasat mata adalah hingga hari ini KPUD Maluku Utara tidak melakukan pemutakhiran data, akibatnya data pemilih di enam desa di perbatasan Halmahera Utara dan Halmahera Barat masih tumpang tindih. KPUD Maluku Utara juga sampai saat ini belum juga membentuk Panitia Pemungutan Suara dari tingkat kabupaten hingga desa seperti yang diamanatkan undang-undang," papar Singedikane.

Pilkada Maluku Utara diikuti oleh empat pasangan cagub dan cawagub yakni, Anthony Charles Sunaryo-Mohammad Amin Drakel yang diusung PDIP, calon dari Partai Golkar, PAN serta Partai Demokrasi Kebangsaan DR. Abdul Gafur-Abdurrahmin Fabanyo, Mayjen TNI (Purn) Irvan Eddyson-Atti Ahmad yang didukung Partai Damai Sejahtera, serta pasangan incumbent, Thayb Armayn-Gani Kasuba yang digotong Partai Demokrat, PKS dan PBB.

Terhadap segala kecurangan yang disebut PDIP dilakukan KPUD Maluku Utara ini, ketiga pasangan calon gubernur tersebut minus Thayb Armayn-Gani Kasuba sepakat meminta KPU Pusat untuk membekukan KPUD Maluku Utara. Ketiga pasangan calon gubernur juga telah meneken sikap bersama untuk menolak pelaksanaan kampanye Pilkada.
(http://www.detiknews.com/read/2007/10/06/171040/838810/10/mega-sorot-pilkada-maluku-utara)

Sabtu, September 08, 2007

Diajak Nyanyi Frans Seda, Megawati Menangis

Diajak Nyanyi Frans Seda, Megawati Menangis
 
Jakarta - Tanah airku tidak kulupakan...Kan terkenang selama hidupku. Lirik lagu itu dinyanyikan sesepuh PDIP Frans Seda bersama Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Air mata Mega pun jatuh membasahi pipi.

Alunan lagu-lagu nasional dinyanyikan oleh paduan suara usai Mega menyampaikan pidato dalam acara pembukaan Rakernas II dan Rakornas PDIP di Hall B PRJ Kemayoran, Jakarta, Sabtu (8/9/2007).

Nah... tiba-tiba sesepuh PDIP Frans Seda berdiri dari kursinya dan langsung menghampiri depan panggung. Frans yang mengenakan tongkat dan dikawal 3 orang ini berjalan tertatih-tatih menuju panggung. Frans lalu dengan bersemangat menyanyikan lagu Tanah Airku sambil mengepalkan tangan.

Tidak lama kemudian, Frans lalu berjalan menghampiri Mega dan suaminya Taufiq Kiemas.

Mega dan Taufiq pun menyambutnya serta memeluknya. Mereka tampak cipika cipiki dengan Frans Seda.

Frans, Mega, dan Taufik pun menyanyikan lagu Tanah Airku bersama-sama, termasuk para petinggi DPP PDIP. 

Tidak terasa, butir-butir air mata jatuh membasahi pipi Mega. Mantan presiden RI ini terlihat mengusap matanya. Demikian pula dengan Taufiq.

Lagu karangan Ibu Sud ini akhirnya selesai dinyanyikan, tepuk tangan pun membahana. Plok...plok...plok...!
(http://www.detiknews.com/read/2007/09/08/121319/827286/10/diajak-nyanyi-frans-seda-megawati-menangis)

'Mega Presiden' Sambut Pembukaan Rakernas II PDIP

'Mega Presiden' Sambut Pembukaan Rakernas II PDIP
 
Jakarta - Rakernas II PDIP digelar. Pembukaan perhelatan akbar partai berlambang kepala banteng itu dilakukan oleh Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

Mega datang ke tempat acara, PRJ Kemayoran Hall B, Jakarta, Sabtu (8/9/2007) pukul 09.45 WIB. Dia datang didampingi suaminya yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP, Taufiq Kiemas.

Mega dan taufiq kompak mengenakan jas merah menyala, ciri khas PDIP. Saat datang, keduanya disambut yel-yel oleh para anggota DPP dan DPD PDIP. "Mega presiden!" teriak mereka lantang.

Mendengar teriakan itu, Mega hanya tersenyum sambil melambaikan tangan kepada kader dan fungsionaris PDIP.

Rakernas II PDIP itu dihadiri 1.532 anggota DPP dan DPD PDIP dari seluruh Indonesia. Hadir pula Sekjen DPP PDIP Pramono Anung, Tjahjo Kumolo, dan Guruh Soekarnoputra.
(detikNews)

Jumat, Agustus 31, 2007

Mega Akan Jawab Permintaan Jadi Capres Pada Ultah PDIP

Mega Akan Jawab Permintaan Jadi Capres Pada Ultah PDIP
 
Jakarta - Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri belum menjawab permintaan kadernya untuk menjadi capres 2009. Jawaban kemungkinan diberikan pada ultah PDIP pada 15 Januari 2008 nanti.

"Paling tidak tanggal 15 Januari 2008, saat PDIP ulang tahun," ujar anggota FPDIP Sutradara Ginting di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (31/8/2007). 

Sutradara pesimistis PDIP tidak bisa meraih suara penuh dalam pemilihan presiden 2009. Untuk itu PDIP akan berkoalisi dengan partai-partai lain untuk meraih suara 50 persen plus satu.

"PDIP siap kerja sama dengan yang lain. Karena tidak mungkin ada mayoritas," kata Sutradara.

Sementara itu, pakar politik UI Maswadi Rauf mengatakan kandidat capres sebaiknya mengumumkan diri paling lambat 1,5 tahun sebelum pilpres 2009. "Saya kira 1,5 tahunlah. 1 Tahun sebelum pilpres rakyat tidak cukup untuk menilai," kata Maswadi

Dia menambahkan parpol saat ini masih malu-malu untuk memproklamirkan calon yang mereka usung. "Saya harap akhir 2007 atau awal 2008, parpol sudah mengumumkan capres yang mereka usung," pungkas Guru Besar FISIP UI ini. 
(http://www.detiknews.com/read/2007/08/31/172655/824247/10/mega-akan-jawab-permintaan-jadi-capres-pada-ultah-pdip)

Senin, Agustus 20, 2007

PDIP Ingin Deja Vu Kemenangan 1999 untuk 2009

PDIP Ingin Deja Vu Kemenangan 1999 untuk 2009
 
Jakarta - Pemilu 1999 menorehkan kenangan tersendiri bagi PDIP. Mereka pun berharap momen itu menjadi deja vu alias mengalaminya lagi pada Pemilu 2009.

Di Pilkada DKI Jakarta yang baru saja usai, pasangan cagub dan cawagub yang turut diusung PDIP keluar sebagai pemenang. Dengan kemenangan itu, PDIP pun optimistis bisa mengulang kesuksesan Pemilu 1999.

Pada Pemilu 1999, partai berlambang kepala banteng ini menjadi partai pemenang dengan perolehan suara 33 persen. Namun, 5 tahun kemudian, yakni di Pemilu 2004, suara PDIP malah turun hampir separuhnya. Hanya 18,6 persen.

"Pilkada DKI ini menjadi pemanasan partai buat 2009. Kalau calon yang diusung menang, itu bukan soal puas atau tidak puas saja. Tapi lebih dari itu, DKI tetap jadi Ibukota milik semua orang," ujar Sekjen DPP PDIP Pramono Anung.

Hal itu disampaikan dia dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (20/8/2007).

Disampaikan dia, di Pilkada DKI tersebut, PDIP turun sepenuhnya. Sebab dari Ketua Umum dan Sekjen DPP ikut serta menyukseskannya. Menurutnya, angka partisipasi masyarakat dalam Pilkada DKI yang 63 persen telah menggugurkan kekhawatiran sebagian kalangan bakal adanya anarkisme atau meningkatnya golput.

"Harapan kami, tentu ada peningkatan suara untuk 2009. Posisi PDIP yang sebagai oposisi itu kan membuat jenis kelamin PDIP lebih kelas. Dan masyarakat tahu dan paham soal ini. Harapannya, kita bisa seperti 1999," beber Pram. 
(http://www.detiknews.com/read/2007/08/20/084841/818964/10/pdip-ingin-deja-vu-kemenangan-1999-untuk-2009)

Minggu, Agustus 05, 2007

Faisal Basri Jadi Dewan Pembina BMI-PDIP

Faisal Basri Jadi Dewan Pembina BMI-PDIP
 
Jakarta - Lamarannya sebagai cagub Jakarta ditolak PDIP tak membuat Faisal Basri kecewa. Dia kini malah menjadi Dewan Pembina Baitul Muslimin Indonesia (BMI), ormas sayap PDIP.

Faisal dilantik oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama para pengurus lainnya di kantor DPP PDIP, Jl Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (5/8/2007).

Ekonom ini tampak mengenakan seragam pengurus BMI yaitu kemeja hitam bergaris merah.

Faisal menyatakan, fakta dia bergabung BMI PDIP menunjukkan bahwa dia tidak kecewa pada PDIP meski tidak terpilih jadi cagub. 

"Ini bagian dari dakwah," ujar Faisal menjelaskan alasannya bergabung BMI PDIP.
Alasan lainnya, saat ini pengorganisasian ekonomi rakyat sangat amburadul. Misalnya banyak bank tidak menerima orang-orang kecil, kredit hanya diberikan pada pemodal besar.

"Apalagi di PDIP, sebagian besar pemilihnya adalah kebanyakan ekonomi kecil 
menengah," ujarnya.

Turut duduk di Dewan Pembina BMI PDIP adalah Ahmad Sobari, seorang budayawan yang pernah memimpin LKBN Antara.

"Di BMI, saya tidak lagi berbicara apa itu Islam, tapi saya harus bertindak yang Islami. Apalagi pemilih PDIP sebagian besar adalah rakyat kecil," ujar penulis produktif ini.

"Kenapa saya tidak masuk PAN, PKS atau apa? Ya karena di situ sudah banyak banget orang pandai (yang berbicara Islam)," ujarnya.

Tokoh NU Said Agil Siradj juga bergabung dalam dewan pembina. "Saat ini, yang sangat membahayakan adalah model-model Islam impor. Padahal dalam Islam, kewajiban yang diatur kan lebih sedikit, selebihnya adalah untuk mengembangkan peradaban, kebudayaan, dsb," paparnya.

Lalu mengapa gabung BMI PDIP? "Saya ingin dakwah di luar NU. Karena kalau di NU kan sudah banyak yang mengurusi ekonomi masyarakat kecil. Padahal PDIP pemilihnya juga masyarakat kecil, tapi banyak yang belum tahu syiar agama Islam," beber Said Agil.

Sedangkan Sekjen PDIP Pramono Anung menyatakan, kalau mengajari Islam ya jangan pada yang sudah tahu Islam. "Ajarilah yang belum tahu, yang Islam tapi belum tahu Islam," ujarnya.

Menurut riset PDIP, 80% muslim adalah pemilih PDIP. "NU dan Muhammdiyah mbok ya jangan mengajari orang-orang yang sudah taat," pinta Pramono Anung.

Selain dihadiri pemuka NU, pelantikan yang juga dalam rangka memperingati Isra' Mi'raj ini dihadiri oleh tokoh Muhammadiyah, seperti eks Ketua PP Muhammadiyah Syafi'i Ma'arif. Seribuan orang juga turut memeriahkan, sebagian besar adalah ibu-ibu pengajian.

BMI PDIP dipimpin oleh Buya Hamka Haq, yang di DPP PDIP duduk sebagai Ketua Bidang Keagamaan.

Ormas ini digagas tahu lalu dan merupakan lembaga dakwah pembangun komunikasi bagi umat Islam. Tujuannya, menepis anggapan partai nasionalis kurang agamis atau sebaliknya, organisasi Islam kurang nasionalis.
(http://www.detiknews.com/read/2007/08/05/164449/813433/10/faisal-basri-jadi-dewan-pembina-bmi-pdip)

Kisah Nasi Goreng Megawati

Kisah Nasi Goreng Megawati
 
Jakarta - Megawati Soekarnoputri berprinsip bahwa setiap tamu mesti dihormati. Pelajaran itu didapatnya dari sang ayah, yang menyuguhkan nasi goreng pada tamu-tamunya yang bermaksud menjatuhkan kekuasaannya.

Kisah nasi goreng itu diceritakan Mega saat memberikan sambutan pelantikan pengurus Baitul Muslimin Indonesia (BMI), ormas sayap PDIP, di kantor DPP PDIP, Jl Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (5/8/2007). 

"Waktu itu ada tamu, kemudian Bapak (Soekarno) meminta saya membuatkan nasi goreng. Lalu saya tanya, memang itu siapa Pak? Bapak saya menjawab, mereka orang-orang yang mau menjatuhkan saya," cerita Megawati. 

Megawati jelas heran mengapa "musuh" kok dijamu. "Udah nggak apa-apa, tamu kan harus dihormati siapa pun orangnya," sahut Soekarno menjawab pertanyaan putrinya itu.

"Ketika saya memasak nasi goreng, dalam hati saya berkata, biarlah nasi goreng ini kasinen (terlalu asin), gara-gara air mata saya," ujar Mega dengan berapi-api.

Paling Benar

Megawati dalam sambutannya memaparkan alasan dibentuknya BMI, yaitu adanya pemahaman beberapa kaum muslim yang mengaku dirinya paling benar.

"Padahal manusia kan tempatnya salah dan lupa, kok pada menganggap dirinya yang paling benar," kata Mega yang berpakaian hitam dan menyelendangkan kerudungnya ini.

Mega lalu mengenang saat terjadi peristiwa bom Bali II tahun 2004 lalu. Saat itu dia bertanya-tanya, apakah ini yang dinamakan Islam, yang kalau tidak setuju lalu saling bunuh membunuh.

Dalam sambutan 20 menitnya tersebut, Mega menyesalkan kerusuhan etnis di Sampit dan Malaku, yang berawal dari banyaknya pendatang dari luar daerah. "Padahal tamu kan harus dihormati," ujar Mega.
(http://www.detiknews.com/read/2007/08/05/152844/813423/10/kisah-nasi-goreng-megawati)

Jumat, Juli 27, 2007

Peringatan Kudatuli di Eks Markas PDI Garing

Peringatan Kudatuli di Eks Markas PDI Garing
 
Jakarta - Peringatan kerusuhan berdarah 27 Juli (Kudatuli) berlangsung garing. Hanya sekitar 30 orang yang berkumpul di lokasi berdarah 11 tahun lalu itu.

Pantauan detikcom hingga pukul 10.00 WIB, Jumat (27/7/2007), massa yang berada di eks kantor PDI, Jl Diponegoro 58, Jakarta, berasal dari PDIP Jawa Timur.

Pengamanan pun tidak ketat, hanya beberapa personel polisi berseragam yang mengamati dari kejauhan.

Acara berjalan sangat sederhana dimulai pukul 09.00 WIB selama sekitar 1 jam. Massa membacakan statemen, kemudian tabur bunga sambil menyanyikan lagu Gugur Bunga. Tidak ada tokoh PDI maupun PDIP.

Dalam pernyataannya, penasihat Forum Komunikasi Kerukunan (FKK) 124 M Natsir yang mewakili korban Kudatuli, menolak pengadilan koneksitas. Mereka meminta dibentuknya pengadilan HAM ad hoc. Dia juga menilai banyak kepentingan politik yang menjegal penuntasan kasus ini.

"Kasus ini terhambat karena ada konspirasi hukum dan politik. Selain itu, korban tidak akan pernah memberi maaf kepada pelaku," ujar Natsir.

Sementara Ketua Panitia Peringatan 27 Juli Kuncoro menyatakan akan secepatnya meminta Komnas HAM segera membentuk komisi penyidikan pelanggaran HAM. Insiden berdarah ini menewaskan 5 orang dan melukai ratusan orang.

"Secepatnya kami akan melaporkan. Ini masih tergantung kesepakatan kawan-kawan," kata Kuncoro. 
(http://www.detiknews.com/read/2007/07/27/104701/810188/10/peringatan-kudatuli-di-eks-markas-pdi-garing)

Kamis, Juli 26, 2007

Lee-Mega Rumpiin Pilkada DKI

Lee-Mega Rumpiin Pilkada DKI
 
Jakarta - Setelah mengunjungi Soeharto, mantan PM Singapura Lee Kuan Yew bertamu ke rumah Megawati Soekarnoputri. Kedunya ngobrol-ngobrol soal Pilkada DKI Jakarta.

Lee tiba di rumah Mega, Jl Teuku Umar No 27A, Menteng, Jakarta, Kamis (26/7/2007) sekitar pukul 12.00 WIB. Pertemuan berlangsung sekitar 40 menit.

Mega tampil dengan busana hitam polkadot putih. Ketua Umum PDIP ini didampingi suaminya, Taufiq Kiemas yang mengenakan batik.

Setelah pertemuan, Lee dan istrinya berfoto bersama Mega dan Taufiq di beranda rumah. Mega memberikan oleh-oleh kepada Lee dalam bentuk bungkusan kertas kado warna putih.

Setelah mengantar Lee sampai mobil, Mega dirayu wartawan untuk menyampaikan komentar. Mega menengok ke arah wartawan dan mau meladeni pertanyaan. Suatu hal yang jarang terjadi. Sementara Taufiq melihat dari kejauhan.

"Tadi dalam pertemuan beliau terheran-heran dan bertanya pada saya, kok banyak umbul-umbul. Terus saya terangkan, Jakarta mau pemilihan gubernur secara langsung," tutur Mega.

Selanjutnya, cerita mantan presiden ini, Lee dia menanyakan bagaimana jalannya perkembangan pilkada. Lee juga meminta pandangannya tentang situasi terakhir di Indonesia.

"Saya mencoba menerangkan dengan baik, dan beliau menerangkan juga pandangannya tentang Indonesia selama berada di Indonesia," kata Mega.

Mega menampik kedatangan Lee ke Indonesia untuk memperbaiki hubugan RI-Singapura yang renggang terkait defence cooperation agreement (DCA).

"Oh nggak. Beliau itu orang yang tahu aturan. Itu masalah internal (pemerintahan). Menurut beliau, hubungan selama ini sudah berjalan dengan baik. Itu dibuktikan beliau bisa main ke Indonesia, dan saya juga bisa main ke Singapura," kata Mega.
(http://www.detiknews.com/read/2007/07/26/132503/809757/10/lee-mega-rumpiin-pilkada-dki)

Megawati: Banyak Partai Repot

Megawati: Banyak Partai Repot
 
Jakarta - Banyak partai memang merupakan cerminan demokrasi. Namun bukan berarti tanpa rambu-rambu. Sebab kalau tidak, bisa-bisa repot.

"Saya sependapat jika Indonesia dikatakan banyak partai," kata Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat diminta komentarnya mengenai statemen mantan PM Singapura Lee Kuan Yew bahwa Indonesia punya banyak sekali partai.

Hal ini disampaikan Mega usai disambangi Lee di kediamannya, Jl Teuku Umar No 27A, Menteng, Jakarta, Kamis (26/7/2007).

"Harus ada aturan yang lebih tegas, siapa yang boleh ikut lagi dalam pemilu. Karena kalau tidak, maka akan lebih banyak partai dan repot," ujarnya.

"Yang harus kita lakukan adalah kematangan berpikir dan pendewasaan demokrasi," imbuh mantan presiden ini.
(http://www.detiknews.com/read/2007/07/26/134246/809771/10/megawati-banyak-partai-repot)

Sabtu, Juni 30, 2007

Din Bantah Bersanding dengan Mega di Pilpres 2009

Din Bantah Bersanding dengan Mega di Pilpres 2009
 
Malang - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin membantah kedatangan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan dalam acara wisuda sarjana di Universitas Muhammadyah Malang (UMM) terkait politik. Din membantah dirinya akan bersanding dengan Mega pada pemilihan Presiden 2009 mendatang. 

"Kedatagan Bu Mega tidak ada kaitan dengan politik pilpres 2009. UMM biasa mengundang tokoh nasional saat acara wisuda," kata dia kepada wartawan usai prosesi wisuda di Dome UMM, Jl Raya Tlogomas, Kabupaten Malang, Sabtu (30/6/2007). 

Dia menilai kehadiran Megawati yang memberikan orasi ilmiah dalam acara wisuda itu sebagai bentuk tradisi UMM membangun silaturahmi dengan tokoh nasional. "Tidak ada kaitan apa pun. Saya hadir selazimnya sebagai Ketua PP Muhammadiyah. Ya, terserah pakar politik saja," ujar Din. 

Dia mengaku sampai saat ini dirinya sedang menikmati posisinya sebagai 'Presiden Muhammadiyah.'

Dia menegaskan yang dilakukannya saat ini bersama Muhammadiyah adalah bagian dari dakwah untuk membangun hubungan baik dan semua kelompok serta menghilangkan faksi-faksi yang ada. "Muhammadiyah membuka diri untuk seluruh golongan dan kelompok. Seharusnya tidak ada faksi-faksi, semua harus rukun, maka dikotomi Islamis-Nasionalis harus dihilangkan," jelas dia. 

Din mengaku sedang berkonsentrasi mengemban amanah warga Muhammadiyah untuk memajukan organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini hingga tahun 2010 mendatang. "Tidak ada niatan politik, politik yang dianut Muhammadiyah adalah politik kebangsaan. Sampai saat ini saya belum berfikir untuk berkiprah di dunia politik," terang dia.
(http://www.detiknews.com/read/2007/06/30/161940/799601/10/din-bantah-bersanding-dengan-mega-di-pilpres-2009)

Bung Karno Pernah Dapat Gelar Doktor Falsafah Ilmu Tauhid

Bung Karno Pernah Dapat Gelar Doktor Falsafah Ilmu Tauhid
 
Jakarta - Barangkali tidak semua orang tahu bahwa Soekarno pernah mendapat gelar doktor honoris causa (Dr HC) dalam bidang Falsafah Ilmu Tauhid. Selama ini Soekarno hanya dikenal sebagai seorang insinyur dan jenderal besar. 

Proklamator Bung Karno mendapat gelar Dr HC dalam bidang Falsafah Ilmu Tauhid dari Universitas Muhammadiyah di Jakarta pada 3 Agustus 1965, dua bulan sebelum terjadi G30S/PKI. 

Kisah Bung Karno mendapat gelar Dr HC ini disampaikan Megawati Soekarno Putri saat menyampaikan orasi di upacara wisuda Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Malang, Sabtu (30/6/2007). 

"Pada tanggal 3 agustus 1965, dalam pidatonya ketika menerima gelar Doctor Honoris Causa dalam Falsafah Ilmu Tauhid dari Universitas Muhammadiyah di Jakarta, Bung Karno menyinggung kembali Pancasila sebagai falsafah dan jati diri bangsa utamanya mengenai ke-Esaan Tuhan yang menjadi landasan bagi kehidupan bangsa," kata Mega dalam orasinya. 

"Hal ini memberikan makna dan keyakinan kepada kita bahwa, apapun yang kita lakukan dan perbuat di dunia ini, dalam membangun bangsa maupun menegakkan demokrasi, semua hal itu dalam kerangka pertanggungjawaban kita sebagai umat Tuhan dimuka bumi," imbuh Mega dalam naskah pidatonya yang didapatkan detikcom. 

Mega menyampaikan banyak hal dalam orasinya. Selain masalah Pancasila, agama dan Tuhan, Mega juga menyinggung mengenai Republik Indonesia yang saat ini masih utuh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mega juga bicara mengenai keadilan dan kesejahteraan. 

"Saya juga ingin menyitir sila kelima dari Pancasila yaitu mengenai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalau kita melihat Indonesia kita saat ini, maka kita akan melihat keadilan sosial tersebut belumlah terwujud secara paripurna," kata Mega. 

Mega mengaku sering pergi ke daerah-daerah dan mendapatkan laporan-laporan masyarakat yang rata-rata mengeluhkan tingginya biaya dan sulitnya hidup sekarang ini. "Ibu-ibu mengadu kepada saya mengenai harga minyak goreng yang tinggi, minyak tanah yang tidak terjangkau harganya dan sulit mendapatkannya di pasaran, akses terhadap pendidikan yang berkualitas yang mahal. Anak-anak muda datang kepada saya, mereka menyatakan sulitnya mencari lapangan pekerjaan walaupun mereka telah menamatkan sekolah sampai dengan perguruan tinggi," tutur Mega.

Ketua Umum DPP PDIP ini juga menyinggung masalah peran partai politik dan PDIP sebagai oposisi. "Pada kesempatan ini sekali lagi saya tegaskan bahwa sebagai warga bangsa dan sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan, partai adalah alat perjuangan untuk kepentingan rakyat , bangsa dan negara dalam mencapai cita-cita yang sudah ditetapkan pendiri Bangsa melalui konstitusi negara. Bukan sebaliknya , yakni bahwa rakyat,bangsa dan negara dijadikan alat untuk kepentingan Partai," ujar dia.
(http://www.detiknews.com/read/2007/06/30/124111/799529/10/bung-karno-pernah-dapat-gelar-doktor-falsafah-ilmu-tauhid)

Mega Berorasi di Kampus UMM

Mega Berorasi di Kampus UMM
 
Malang - Mantan Presiden Megawati diundang Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk menyampaikan orasi ilmiah. Mega yang mengenakan setelan coklat tanpa kerudung itu bicara politik dan pendidikan. Namun, tepuk tangan relatif sepi. 

Mega diundang Rektor UMM Muhadjir Effendie untuk menyampaikan orasi di upacara wisuda yang digelar di MM Dome, Kampus UMM, Malang, Sabtu (30/6/2007). Mega hadir bersama Sekjen DPP PDIP Pramono Anung dan sejumlah pengurus PDIP Jawa Timur. 

Sementara dari Muhammadiyah, tampak Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua PP Muhammadiyah Malik Fadjar, dan Muhadjir Effendi. Upacara wisuda kali ini diikuti oleh 1.012 wisudawan/wisudawati dari ahli madya, sarjana S1 dan sarjana S2. 

Acara dimulai pukul 09.30 WIB. Setelah acara dibuka, Megawati yang saat ini menjabat Ketua Umum DPP PDIP itu kemudian didaulat untuk menyampaikan orasi ilmiah. Untuk diketahui, selama ini, jarang sekali Megawati menyampaikan orasi ilmiah di kampus Universitas Muhammadiyah. 

Orasi Mega tampak berlangsung datar-datar saja. Hening, tanpa ada tepuk tangan. Karena suasana cukup monoton, di tengah orasi, Megawati pun menyampaikan, "Kalau yang saya sampaikan ini pas, silakan tepuk tangannya. Tapi, kalau tidak cocok, silakan protes." Setelah itu, tepuk tangan pun menggema. Hingga pukul 10.40 WIB, orasi Mega masih berlangsung. 

Perjalanan politik Megawati dan Muhammadiyah cukup menarik akhir-akhir ini. Salah satu fenomena yang paling mudah dilihat adalah sering diundangnya Din Syamsuddin dalam acara-acara PDIP. Beberapa kali Din Syamsuddin diundang terkait acara Baitul Muslimin, sayap organisasi ke-Islaman yang dibuat PDIP. 
(http://www.detiknews.com/read/2007/06/30/105000/799512/10/mega-berorasi-di-kampus-umm-tepuk-tangan-relatif-sepi)

Kamis, Juni 28, 2007

Wacana Koalisi PDIP-Golkar Kacaukan Pilkada di Sumsel

Wacana Koalisi PDIP-Golkar Kacaukan Pilkada di Sumsel
 
Palembang - Wacana koalisi PDIP-Partai Golkar membuat peta politik di Sumatera Selatan (Sumsel) menjelang Pilkada 2008 menjadi 'berantakan'. Beberapa konsolidasi politik yang telah terbangun terancam tidak solid.

Misalnya, untuk calon gubernur Sumsel. Aktor yang sudah menyatakan diri maju sebagai calon gubernur Sumsel pada Pilkada 2008 adalah Syahrial Oesman, yang saat ini menjabat gubernur Sumsel. Aktor lainnya, Ketua DPD Partai Golkar Sumsel Alex Noerdin yang menyatakan akan maju.

Syahrial Oesman, yang sebelumnya adalah kader Partai Golkar, jelas tidak mungkin menggunakan perahu parpol itu. Dia kemudian melakukan konsolidasi dengan 'temannya' Eddy Santana Putra. Keduanya sama-sama mantan pengurus FKPPI dan PNS pada Dinas Pekerjaan Umum di Sumsel.

Meskipun sebagai Ketua DPD PDI-Perjuangan Sumsel, Eddy yang saat ini menjabat Walikota Palembang pada 2008 nanti tidak akan maju sebagai calon gubernur. Dia akan mencalonkan sebagai Walikota Palembang untuk kedua kalinya. Nah, posisi calon gubernur diwanti-wantikan buat Syahrial Oesman.

Dalam tiga bulan terakhir, dalam berbagai event antara Syahrial Oesman dan Eddy Santana Putra memang selalu bersama. Terutama pada kegiatan-kegiatan sosial.

Nah, dengan wacana koalisi PDIP-Partai Golkar, pengondisian yang dilakukan Syahrial Oesman dan Eddy Santana Putra menjadi terganggu. Artinya, bila melalui garis partai, Eddy harus bersanding dengan Alex Noerdin, yang merupakan musuh politik Syahrial Oesman.

"Nah, dia bingung. Makanya pada pertengahan Juli mendatang, akan ada deklarasi partai Golkar-PDIP yang mengusung Syahrial Oesman sebagai calon gubernur Sumsel pada 2008. Tampaknya dari partai Golkar, bukan melalui pengurus DPD-nya, tapi sejumlah pengurus yang berada di bawahnya. Katakanlah, koalisi kader PDIP-Golkar. Jika ini terjadi, jelas ada ketegangan politik, khususnya tubuh PDIP di Sumsel dengan Jakarta," kata sebuah sumber kepada detikcom, Kamis (28/06/2007). 

"Deklarasi itu dilangsungkan sebelum pertemuan PDIP-Golkar di Palembang sekitar 17 Juli mendatang," katanya.

Sementara Eddy Santana Putra maupun Alex Noerdin sampai saat ini belum mau memberikan komentar soal rencana koalisi PDIP-Golkar. "Semua jadi pusing," kata seorang sumber yang berada di lingkaran Alex Noerdin, yang kini menjabat bupati Musi Banyuasin.

Imbas wacana itu juga mengganggu konsolidasi politik PAN-Golkar di Sumsel. Selama ini Golkar memang selalu berangkulan dengan PAN dalam sejumlah suksesi Pilkada di Sumsel, yang berjalan dengan kemenangan. Yakni di Ogan Ilir dalam Pilkada 2005 dan Musi Banyuasin pada Pilkada 2006 lalu.

Sebagai informasi pada 2008 nanti, ada 10 suksesi Pilkada di Sumsel. Sembilan Pilkada bupati dan walikota, yakni Ogan Komering Ilir, Prabumulih, Pagaralam, Lubuklinggau, Ogan Komering Ulu, Muaraenim, Lahat, Palembang, Banyuasin, serta Pilkada Gubernur Sumsel.
(http://www.detiknews.com/read/2007/06/28/223311/799078/10/wacana-koalisi-pdip-golkar-kacaukan-pilkada-di-sumsel)