Minggu, Januari 18, 2009

Din Terus Wacanakan Poros Tengah II

Din Terus Wacanakan Poros Tengah II

Kebayoran Baru, Warta Kota - Wacana pembentukan Poros Tengah Jilid II yang digulirkan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, terus menuai kritikan. Namun, hal itu tak membuat Din putus asa. Menurutnya, Poros Tengah Jilid II lebih bertujuan untuk mencari kesamaan pemikiran dari parpol-parpol berbasis Islam.
”Sebenarnya koalisi ini sudah berjalan lama tetapi saya rasa di Indonesia masih belum cukup siap, terutama parpol belum bisa berfungsi sebagai elemen terikat, lebih individualistik,” ujar Din saat berbicara dalam diskusi Poros Tengah Jilid II di Warung Daun, Jalan Pakubuwono, Jakarta Selatan, Sabtu (17/1).
Dengan adanya Poros Tengah jilid II, kata Din, sejumlah parpol, ormas, dan kelompok agama yang muncul saat ini bisa dipersatukan untuk tujuan yang sama, yakni membangun Indonesia yang majemuk. Menurutnya, parpol berbasis agama sah-sah saja, tetapi kalau sampai lupa dengan ideologi Pancasila akan berbahaya. Apalagi, lanjut Din, parpol-parpol itu kurang tulus dalam mencairkan dikotomi keagamaan sehingga perlu ada perubahan dari parpol Islam.
Din menegaskan, Poros Tengah Jilid II sangat berbeda dengan Poros Tengah Jilid I pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 1999. ”Saya dan kawan-kawan coba membangun poros yang lebih luas kalau nantinya dikaitkan dengan pilpres silakan saja, namanya juga parpol. Terlepas dari itu, bangsa ini masih perlu koalisi strategis untuk saling mengisi sebagai bagian yang tidak terlepaskan. Kita perlu konsesus baru dan jangan bosan untuk duduk bersama,” ajaknya.
Menanggapi hal itu, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah, mengatakan, banyak kekeliruan pada reputasi agama dan institusi berlatar belakang agama menurun. ”Saya ikut poros tengah I karena pada dasarnya dibentuk untuk menjegal orang tertentu. Tapi, yang seperti itu tidak bisa dilakukan lagi. PKS akan ikuti kalau memang idenya sama. Kami akan lihat apabila ada keterbukaan ketokohan di Poros Tengah Jilid II ini,” kata Fahri.
Menurutnya, negara ini telah kehilangan ide besar dan tidak ada pimpinan yang tegas. Dia setuju jika parpol-parpol Islam bersatu. ”Maka buatlah sejelas mungkin apa yang menjadi tujuan,” kata Fahri.
Sementara itu, Indria Samego, pengamat dari LIPI, mengatakan bahwa adanya wacana Poros Tengah Jilid II saat ini masih relevan, asalkan masih dalam kerangka perkembangan sejarah bangsa. ”Ini harus dikaitkan dengan state formation, karena Indonesia lahir dari kesepakatan-kesepakatan di antara para tokoh yang punya konsen terhadap kemerdekaan. Ini akan menjadi proses dalam pendidikan politik bangsa. Kalau persoalan Poros Tengah Jilid II ini dalam rangka mencari pemimpin alternatif, mari parpol-parpol mulai beri perhatian terhadap proses pelembagaan demokrasi,” ujarnya.
(www.wartakota.co.id)

Tidak ada komentar: