Rabu, Januari 28, 2009

Ramai Luar Dalam di Rakernas PDI-P

Ramai Luar Dalam di Rakernas PDI-P

HARI Selasa (27/1) pagi, Jalan Ahmad Yani, khususnya yang melintasi Hotel Sunan Solo mulai dari arah Rumah Sakit Panti Waluyo hingga perempatan Manahan dan arah sebaliknya, ditutup. Puluhan personel satuan tugas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan maupun aparat kepolisian pun terlihat mengamankan tempat acara.

Bus dan kendaraan yang melintasi jalan ini dialihkan, menyusul acara Rapat Kerja Nasional atau Rakernas IV PDI-P di Hotel Sunan. Menurut Ketua Panitia Rakernas Puan Maharani, peserta yang ikut dalam Rakernas tersebut berjumlah 1.044 orang, dari semua DPD/DPC PDI-P se-Indonesia.

Secara resmi, yang terdaftar di panitia Rakernas memang demikian, tetapi kenyataannya kader maupun simpatisan PDI-P yang hadir di Hotel Sunan maupun di kawasan hotel ini lebih dari itu.

Menjelang pembukaan Rakernas, ribuan orang yang mayoritas berbaju warna merah dan hitam, berkumpul di dalam dan halaman hotel, hingga jalan raya di depan hotel. Pintu masuk hotel pun penuh sesak oleh kader dan simpatisan PDI-P yang menggunakan pakaian dengan gambar banteng, lambang PDI-P. Sebagian menggunakan ID card atau kartu tanda pengenal yang dibagikan Panitia Rakernas.

Suasana pembukaan pun berlangsung ketat. Tidak sembarang orang boleh masuk ke ballroom. Walaupun menunjukkan kartu pengenal bertuliskan Rakernas, kalau kartu tersebut tidak ada hologramnya, jangan harap bisa masuk. Menurut panitia, yang bisa masuk acara pembukaan terbatas.

Beberapa wartawan yang datang beberapa saat setelah acara dimulai, walau menunjukkan kartu pengenal berhologram, juga tidak bisa langsung masuk. "Tunggu dulu, ini masih lagu 'Indonesia Raya'," kata petugas yang berjaga di pintu.

Ketika "Indonesia Raya" usai dinyanyikan, wartawan tetap tak kunjung diizinkan masuk. "Tunggu masih hening cipta," kata petugas yang sama.

Hening cipta selesai, tetap saja wartawan tidak diizinkan masuk. Alasannya, "Bentar.... masih lagu mars partai dulu."

Ketika wartawan mulai kesal, petugas akhirnya membuka pintu dan membiarkan wartawan masuk. Kekesalan wartawan pun terhapus oleh pelayanan petugas media center yang tanggap akan apa yang dibutuhkan wartawan. Mereka langsung membagikan pidato tertulis Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Saking ramainya dan penuhnya orang-orang di hotel ini, wartawan pun kesulitan mewawancara sejumlah tokoh seusai pembukaan Rakernas. Untunglah Megawati mau memberi keterangan pers, setelah wartawan sempat menunggu hampir sejam di ruang konferensi pers.

Di luar hotel, tak kalah ramainya. Ribuan orang lalu lalang hingga di jalan raya. Bahkan di pintu masuk hotel pun puluhan pedagang menawarkan buku, foto, dan aksesori lain yang berhubungan dengan PDI-P.

Yang menarik, sepanjang jalan depan hotel dipenuhi puluhan stan yang menjual kostum dan atribut PDI-P, serta aksesori berlogo PDI-P atau bergambar banteng hitam.

Sejak hari pertama hingga menjelang penutupan Rakernas, stan-stan ini penuh sesak. Bahkan tempat gantungan kunci, stiker, dan benda lainnya pun laris. "Sampai sekarang gantungan kunci sudah laku lebih dari 2.000 buah," ujar penjual Buyung yang mengaku dari Jakarta.

Walau yang punya gawe alias tuan rumah adalah Kota Solo, ternyata mayoritas penjual kaos, jas, jaket, dan berbagai atribut PDI-P ini justru dari Jakarta. Mereka sengaja memanfaatkan momentum Rakernas ini untuk meraup keuntungan.

Apakah mereka diundang panitia, sebagian mengaku mereka datang atas kemauan sendiri. "Hanya dengar informasi, terus datang," papar Ria yang mengaku sehari-hari berjualan pin dan gantungan kunci partai di Pasar Senen.

Wah... Rakernas PDI-P di Solo heboh deh.
(www.kompas.com)

Tidak ada komentar: