Minggu, April 26, 2009

Empat Bersaudara Kandung Maju Caleg, Beda Partai dan Lolos

Empat Bersaudara Kandung Maju Caleg, Beda Partai dan Lolos
Kompromi di Rumah Ibu, tak Bawa Perbedaan di Meja Makan


Empat caleg ini sama-sama lolos. Yang menarik, mereka bersaudara kandung dan berangkat dari partai berbeda-beda. Meski ada yang bersaing di satu dapil, keempatnya tetap rukun dan saling mendukung. 

RUMAH itu berarsitektur kuno. Ukurannya sekitar 17 meter x 20 meter, dan berdiri cukup megah di Desa Sumurwaru, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Itulah salah satu rumah induk keluarga besar pasangan Zainal Abidin (almarhum)-Siti Rohmah.

Bagi masyarakat di Kabupaten Pasuruan, keluarga Zainal cukup dikenal sebagai pengusaha katering. Pasangan tersebut dikaruniai sepuluh anak.

Di antara sepuluh saudara itu, empat orang maju caleg untuk DPRD Kabupaten Pasuruan pada pemilu kali ini. Keempatnya maju dari partai yang berbeda. Mereka adalah Rias Nawang Kartika (Nawang), 48, anak keempat yang maju dari PDIP; Rias Judikari Drastika (Ceri), 44, anak keenam yang maju dari Golkar; Ragil Kraeng (Amir Ragil), 38, anak ke-9 yang maju dari PKB, dan Rias Adiah Elviano (Evi Zainal Abidin), 32, maju dari Demokrat.

Tiga dari empat bersaudara itu (Nawang, Ragil, dan Evi) bertarung di satu dapil, yakni di dapil 5 (Nguling, Lekok, Grati, Rejoso, dan Gondangwetan). Berdasarkan hasil rekapitulasi sementara KPU Kabupaten Pasuruan, ketiganya sama-sama memperoleh suara terbanyak di partainya. Perolehan mereka hampir mencapai BPP (bilangan pembagi pemilih) yang berjumlah 13.897. "Mereka semua akan lolos," kata salah seorang anggota KPU Kabupaten Pasuruan.

Sebagai gambaran, suara terbanyak diperoleh Evi yang berhasil mengumpulkan 12.887 suara. Selanjutnya Ragil memperoleh 9.744 suara dan Nawang memperoleh 2.929 suara. Meski paling sedikit, Nawang masih berpeluang lolos.

Siang itu Radar Bromo (Grup Radar Bogor) bertamu ke rumah induk keluarga Zainal dan ditemui Nawang, Amir Ragil, dan Evi. "Dari penghitungan KPU, kami yakin lolos," kata Ragil, diamini dua saudaranya. Khusus bagi Ragil, jika kali ini lolos, berarti dia akan menjabat anggota dewan untuk yang kedua.

"Saya tidak tahu mengapa keempat anak saya bisa terpilih. Tapi, kami semua harus bersyukur. Ternyata masyarakat mempercayai keluarga kami, khususnya anak-anak saya, untuk menjadi wakil rakyat," ujar Siti Rohmah, sang ibu yang pagi itu mengenakan baju biru. Wanita sepuh yang umurnya hampir berkepala tujuh itu sampai saat ini masih menekuni bisnis katering.

Dia menceritakan, sebelum pemilu, pernah berpesan kepada keempat anaknya yang maju caleg itu agar tetap menjaga kerukunan keluarga. Selain itu, keempat anaknya diminta legawa jika tidak terpilih.

"Untuk menjaga kerukunan keluarga, kami berempat sering berunding di rumah induk ini. Biasanya kami berunding sambil makan di meja makan," tutur Evi.

Evi memaparkan, dirinya tertarik kepada dunia politik setelah melihat kiprah sang kakak, Ragil, tidak optimal. "Karena itu, saya maju caleg dan tidak dari partainya kakak saya," kata Evi.

Dikiritik seperti itu, Ragil tidak tersinggung. Dia justru membenarkan perkataan adiknya. "Memang kurang optimal. Terutama untuk pembangunan di daerah Pasuruan ke timur," kata Ragil yang saat ini menjadi ketua PAC PKB di Kecamatan Grati. Karena itu, ketika kakak dan adiknya maju caleg, Ragil justru mendukungnya.

"Kami tidak pernah berebut meski bertarung dalam satu dapil. Bahkan, melalui tim sukses, kami selalu berkoordinasi," terang Evi.

Biasanya, rumah induk milik ibunya itulah yang dijadikan markas koordinasi. Baik koordinasi antar mereka maupun antartim sukses.

Padahal, di rumah induk itu, Evi terhitung paling arogan. Sebab, di rumah ibunya itu, Evi yang menempel atribut Partai Demkorat di ruang tamu. Atribut partai lain tidak ada sama sekali. "Mungkin karena saya paling kecil, kakak-kakak saya mengalah. Yang jelas, mereka tidak iri dan menuntut kok," katanya, diamini para saudaranya.

Saling berkoordinasi juga tetap dilakukan ketika masa kampanye. Misalnya, ketika Demokrat berkampanye, Evi yang jalan dari satu daerah ke daerah lain tidak langsung mencari massa. Dia lebih dulu melihat kondisi massa di daerah tersebut. "Contohnya, ketika saya kampanye di sebuah desa di Kecamatan Winongan, saya ditolak massa. Alasannya, masyarakat desa tersebut ngomong kalau nanti di pemilu tidak memilih Demokrat," ujar Evi.

Dari penjelasan masyarakat itu, Evi tidak kecewa, apalagi marah-marah. Dia menerimanya dan tetap pamit kepada masyarakat di desa tersebut untuk kampanye ke tempat lain. Evi lalu membicarakan ke Nawang, kakaknya yang maju dari PDIP bahwa di desa tersebut massa PDIP menginginkannya. "Jadi, saya tidak menggembosi suara. Justru saya mendukung kakak saya," ucapnya.

Begitu pula sebaliknya. Kalau Nawang atau Ragil berkampanye, mereka akan menginformasikan kepada saudaranya tentang kantung-kantung suara. "Saling mengisilah. Itu bagian dari stratagi keluarga kami agar tetap terjaga kerukunannya," terang Ragil. Masing-masing tim sukses keempat bersaudara itu pun mengikuti pola tersebut.

Setelah pemilu, diperoleh hasil sementara bahwa suara Evi paling banyak di antara saudara-saudaranya. Suara paling sedikit diperoleh Nawang. "Ya, hitung-hitung ngalah sama adik kan?" kata Nawang, sambil melirik Evi dan Ragil. Secara spontan, Evi dan Ragil menjawab bersamaan, "Ini memang kakak yang bijaksana."

Bagaimana dengan Ceri, putra Zainal Abidin yang maju caleg di dapil 1? Ternyata Ceri yang nyaleg dari partai yang diketuai suaminya, Udik Djanuantoro, juga lolos. Wanita yang berada di nomor urut 8 tersebut meraih 4.886 suara. Artinya, dia juga lolos dan menempati peringkat ketiga perolehan suara Dapil 1.

Ragil, Evi, dan Nawang menceritakan, mengapa Ceri tidak ikut bertarung di dapil 5. "Suami Mbak Ceri itu kan ketua DPD Golkar kabupaten. Pastinya pencalonan Mbak Ceri juga atas kebijakan partai. Tapi, saya senang Mbak Ceri nyalon bukan di Dapil 5. Sebab, kalau jadi satu, bisa jadi pertarungan semakin kuat di antara kami," tambah Ragil, lantas tersenyum.

Bagi seluruh saudara Zainal Abidin, dengan menjadi caleg berarti akan ada amanah yang harus diemban. Hal tersebut disetujui ibu mereka. "Dari awal, komitmen anak-anak maju caleg adalah 50 persen untuk partai, 50 persen lagi untuk rakyat. Saya akan tagih janji tersebut," ujar Siti Rohmah.

Dia lantas mengingatkan bahwa keluarga Zainal Abidin adalah keluarga yang basiknya pengusaha katering. "Jadi, saya meminta kepada mereka, kalau nanti sudah lewat masa jabatannya, tetap memperjuangkan usaha katering milik keluarga," kata Rohmah.

Selain ibu mereka, ketiga bersaudara itu sepakat bahwa di balik kesuksesan mereka, ada faktor kerja keras Riang Kulub Prayuda (Gaga), putra kelima Zainal Abidin. Lelaki yang ikut nimbrung di ruang tamu itu, ternyata juga pandai mengatur agar kempat bersaudara ini tetap rukun walau berbeda parpol.

"Mas Gaga sering memperingatkan kami dengan SMS-SMS-nya," ujar Ragil. Gaga yang mendengar pembicaraan Ragil pun terharu. Secara terus terang dia menginginkan seluruh saudaranya tetap rukun walau berbeda parpol. "Seperti komitmen mereka dari awal, perbedaan itu kebebasan. Jadi, meski berbeda parpol, jangan sampai dibawa pulang ke rumah. Apalagi dibawa ke meja makan," katanya, disambut gelak tawa adik-adiknya.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk1MzI=&click=MTg=)

Tidak ada komentar: