Senin, April 13, 2009

Sejumlah Petinggi Parpol Terancam

Sejumlah Petinggi Parpol Terancam

JAKARTA - Persaingan para calon legislator menuju kursi dewan di Pemilu Legislatif 2009 masih memanas. Peluang sejumlah petinggi parpol lolos ke Senayan untuk sementara masih dalam status gawat. Torehan suara yang mereka raih pun masih kalah dengan bawahannya yang maju dari dapil (daerah pemilihan) yang sama.

Hingga hari ketiga proses tabulasi nasional pemilu kemarin, data menunjukkan raihan suara petinggi parpol yang masih belum meyakinkan. Jika data tabulasi nasional tersebut tidak berubah drastis hingga akhir pengumuman, para elite parpol itu bisa gagal meraih kursi.

Sebut saja Ketua Umum Dewan Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar. Raihan Cak Imin sapaan akrab Muhaimin Iskandar- masih kalah dengan Ketua Umum DPW PKB Jatim Imam Nahrawi. Mereka berasal dari dapil Jatim I (Surabaya-Sidoarjo). Imam untuk sementara sudah mengumpulkan 304 suara, sementara Imin mencapai 243 suara.

Imin akan semakin terancam, jika PKB secara keseluruhan tidak mendapatkan suara signifikan di dapil itu. Sebab, jika PKB hanya mendapatkan satu kursi dan perolehan Muhaimin masih kalah dari Imam, Imam yang akan maju ke Senayan.

Seperti halnya Muhaimin, Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo yang dipasang di Jawa Tengah 1 nomor urut 1 juga untuk sementara kalah dengan teman sejawatnya. Raihan 4.604 suara Tjahjo masih kalah dengan caleg PDIP di dapil yang sama dengan nomor urut 3 Sri Utami. Sri untuk sementara mendapatkan 4.945 suara.

Nasib sama masih dialami Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP Taufik Kiemas di Jawa Barat II. Sejak tabulasi nasional pemilu pada 10 April lalu, suaranya selalu kalah bersaing dengan Rieke Diah Pitaloka. Dalam perkembangan terakhir, Rieke di tempat teratas dengan 830 suara, kemudian disusul Taufik dengan 540 suara.

Data serupa terjadi pada Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan Arief Mudatsir Mandan yang diplot di nomor urut 1 dapil Jakarta 1. Mantan calon Ketum PPP tersebut hanya mendapatkan 279 suara, masih kalah dengan caleg PPP dapil Jakarta 1 nomor urut 3 Husni Djaelani yang meraup 310 suara.

Pengamat politik Lili Romli menilai, posisi sementara kekalahan para petinggi parpol itu disebabkan aturan suara terbanyak. Dengan aturan tersebut, caleg yang benar-benar mendekati rakyatlah yang dipilih. Petinggi parpol, tampaknya, terlena dan lupa untuk sungguh-sungguh terjun kepada konstituen. “Ini wajar dan sekaligus peringatan,” kata Lili.

Suara terbanyak, menuntut seorang caleg benar-benar mengakar pada pemilih. Hal itu positif manakala yang terpilih harus punya kualitas. “Tidak mungkin saat ini caleg hanya berharap pada nomor urut,” imbuh Lili.

Terlepas dari itu, tidak semua pimpinan parpol kalah di internal. Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA) masih memimpin di PPP dapil Jabar III dengan 1.692 suara. Senada dengan Ketua Fraksi Partai Demokrat Syarif Hasan yang mendapatkan 4.733 suara dan memimpin Demokrat di dapil yang sama dengan SDA.
(http://www.radar-bogor.co.id/index.php?ar_id=Mjg4NzA=&click=MzM5)

Tidak ada komentar: