Selasa, Agustus 05, 2008

Megawati dan SBY Masih Bersaing Ketat Menuju Pilpres 2009

JAKARTA - Berdasar hasil survei putaran kedua Reform Institute, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersaing ketat menjadi pilihan favorit responden untuk calon presiden (Capres).

Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif dalam konferensi pers Survei Nasional "Pandangan Masyarakat Mengenai Calon Presiden, Partai Politik dan Kondisi Sosial Ekonomi" di Hotel Grand Melia, Kuningan, Jakarta, Senin (4/8).

Survei nasional kedua yang dilakukan Reform Institute ini berlangsung dari Juni-Juli 2008 terhadap 2519 sampel untuk kategori Pilihan Presiden 2009 dengan sebaran responden untuk daerah pedesaan 55 persen dan perkotaan 44 persen di 33 propinsi di seluruh Indonesia.

Seperti diketahui, survei pertama dilakukan pada Februari-Maret 2008 dengan sampel responden 2473 untuk Pilihan Presiden 2009."Dari sampel responden 2361, SBY meraih 19,06 persen dan Megawati meraih 19,4 persen. Hasil itu menunjukkan popularitas SBY turun 5 persen dari survei sebelumnya meraih 24,8 persen dan Megawati justru naik popularitasnya tiga persen dari survei sebelumnya 16,8 persen," kata Yudi.

Ia mengatakan, merosotnya popularitas SBY karena dampak kenaikan BBM dan Megawati memanfaatkan momentum tersebut. "Karena konsentrasi popularitas Megawati itu di Jawa, sedangkan masyarakat daerah itu sudah kecewa dengan kebijakan SBY," jelasnya.

Peneliti Reform Institute Kholid Novianto menambahkan, survei ini dapat dipakai sebagai masukan untuk partai menentukan strategi ke depan, seperti PDI-P, misalnya dapat membidik daerah luar Pulau Jawa pada pemilu 2009 nanti. "Kami lakukan survei sengaja seminggu setelah BBM naik untuk mengetahui kecenderungan pilihan masyarakat. Pertanyaan yang diajukan mengenai pilpres ini bersifat terbuka artinya calon-calon yang mengemuka itu berasal dari responden, tidak ada pemancing supaya menyebutkan nama figur capres," kata Kholid
(kompas.com)

Tidak ada komentar: